kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Kencang, Pengembangan Sektor Baru Mendesak


Jumat, 23 September 2022 / 09:21 WIB
Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Kencang, Pengembangan Sektor Baru Mendesak
ILUSTRASI. Wisatawan menikmati pemandangan objek wisata Ulun Danu Beratan saat berkunjung di Tabanan, Bali, Kamis (4/8/2022). Dorong Pertumbuhan Ekonomi Lebih Kencang, Pengembangan Sektor Baru Mendesak.


Reporter: Bidara Pink, Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonomi Indonesia masih jauh dari jurang resesi. Namun perlu ada pembenahan agar roda perekonomian berputar lebih kencang.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Gubernur BI meyakini, pertumbuhan ekonomi pada periode Juli hingga September 2022 atau kuartal III-2022 masih tumbuh 5,5% secara tahunan atau year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal II-2022 sebesar 5,44% yoy.

"Konsumsi swasta sangat kuat karena didorong mobilitas masyarakat yang tinggi," kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (22/9).

Penambahan bantuan sosial untuk menjaga daya beli masyarakat turut berperan mendorong kenaikan konsumsi rumah tangga. Kenaikan konsumsi terutama kelompok bawah. Kelompok ini yang rentan terdampak akibat kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Baca Juga: Sri Mulyani Mewanti-wanti Dampak Kenaikan Suku Bunga The Fed

BI memprediksi konsumsi rumah tangga tumbuh 6% yoy pada kuartal III-2022. Angka ini jauh lebih tinggi dari capaian pada kuartal II-2022 yang sebesar 5,51% yoy.

Dengan perkembangan tersebut, BI optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 di kisaran 4,5%-5,3% yoy dan condong ke batas atas.

Secara umum, selain karena perbaikan konsumsi rumah tangga, progres pertumbuhan ekonomi domestik juga didorong oleh kinerja ekspor hingga pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi.

Meski demikian, masih ada sejumlah risiko perekonomian, terutama dari sisi global yang akan berdampak terhadap domestik. Perry menyebut, risiko penurunan ekonomi global terbuka lebar pada tahun depan.

Proyeksi BI, pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2023 hanya akan sebesar 2,6% yoy, lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan pada tahun 2022 yang sebesar 2,7% yoy.

Baca Juga: Bank Mandiri Membutuhkan Waktu untuk Penyesuaian Bunga Produk Perbankan

Ini lantaran tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

"Masih terjadi disrupsi rantai pasok global, adanya proteksionisme di berbagai negara, ketegangan politik, dan respons kebijakan suku bunga yang agresif di Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara," tambahnya.

Fokus jangka panjang

Ekonom DBS Bank meramal, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 ini berada di kisaran 4,8%-5% yoy. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi pada tahun depan diperkirakan akan ada pada kisaran 5,2% hingga 5,5% yoy.

Ekonom Senior DBS Radhika Rao melihat perekonomian Indonesia sudah perlahan pulih. Selain harga komoditas, konsumsi rumah tangga juga masih dalam batas aman.

Data terakhir, surplus perdagangan barang pada Agustus 2022 melonjak menjadi US$ 5,8 miliar. Sementara, Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) juga mulai meningkat.

Faktor lainnya, pelonggaran mobilitas juga turut mendorong konsumsi masyarakat yang akhirnya berdampak pada perekonomian. Misalnya saja dengan membuka kembali sektor pariwisata, dan sektor perbelanjaan sehingga sektor perdagangan bisa diuntungkan.

Baca Juga: BI: Pertumbuhan Ekonomi Berpeluang Sentuh 5,5% pada Kuartal III 2022

Begitupun dengan keputusan pemerintah yang saat awal pandemi fokus mengeluarkan banyak anggaran untuk mempercepat vaksinasi dengan memberikan dukungan kesehatan kepada masyarakat agar penyebaran Covid-19 segera melandai.

Ia juga menambahkan, keputusan pemerintah untuk mengurangi subsidi dengan menaikkan harga BBM, namun beriringan dengan memberikan bantuan sosial tambahan adalah keputusan yang tepat. Sehingga bisa menjaga ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.

Namun, ia memberi catatan bahwa pemerintah jangan hanya fokus pada pembangunan infrastruktur dan pengendalian konsumsi masyarakat. Melainkan juga harus fokus mengembangkan sektor-sektor yang bisa berdampak positif dalam jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×