Reporter: Nadya Zahira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Build Change yang didukung oleh World Bank memberikan Dana Grant atau hibah sebesar US$ 50.000 kepada PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) (SMF) untuk mendukung inisiatif Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dalam mewujudkan Indonesia Green Affordable Housing Program (IGAHP).
Hal tersebut bertujuan untuk mendorong keterjangkauan perumahan hijau di Indonesia bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), mulai dari penggunaan bahan bangunan yang ramah lingkungan, desain yang efisien energi, tahan perubahan iklim dan bencana, serta akses pembiayaan dengan skema yang tepat bagi MBR.
Sebagai pilot project dari IGAHP, SMF bekerja sama dengan BPR Nusamba Kendal untuk menyalurkan dana hibah tersebut sebagai subsidi dalam skema Kredit Pembangunan/Peningkatan Rumah (KPPR) dan Pembiayaan Mikro Perumahan Resilien Hijau.
Direktur Keuangan & Operasional SMF, Bonai Subiakto mengatakan bahwa melalui kerja sama dengan kedua instansi ini, menjadi awal dimulainya implementasi rumah hijau untuk MBR. Penyaluran pembiayaan ini dikhususkan untuk pembiayaan mikro dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Swadaya ramah lingkungan guna meningkatkan keterjangkauan kepemilikan rumah Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sesuai dengan kriteria green housing yang telah ditetapkan Kementerian PUPR.
Baca Juga: Potensi Besar, Perbankan Genjot Pembiayaan Hijau
“Kami terbuka untuk kolaborasi dengan instansi manapun agar mendorong akses kepemilikan rumah MBR. Dengan dana grant dari Build Change dan skema subsidi dalam pembiayaan tersebut diharapkan dapat meringankan angsuran yang dibayarkan masyarakat," kata Bonai dalam keterangan resminya, Kamis (!5/8).
Bonai juga mengatakan, calon debitur akan mendapatkan subsidi berupa potongan sebesar 20% dari jumlah plafon kredit KPR yang diambil. Selain itu, dia berharap terdapat lebih banyak insentif yang secara signifikan diberikan kepada masyarakat, seperti dana hibah ini, serta insentif tambahan dari pihak regulator.
”Untuk pembangunan rumahnya sendiri akan mengacu pada pedoman Pembangunan Resilien Hijau dari Kementerian PUPR," tutur Bonai.
Sebagai informasi tambahan, berdasarkan Climate Transparency Report 2021, sektor permukiman dan perumahan, dalam hal ini bangunan gedung, berkontribusi sebesar 3,88% atas direct emissions dan 20,72% atas indirect emissions.
Baca Juga: CIMB Niaga Perkuat Inisiatif KPR Hijau, Dukung Bumi yang Lestari
Menurut IPCC 4th Assessment Report on Climate Change tahun 2007, pada tahun 2030, diperkirakan 1/3 total emisi CO2 dunia berasal dari bangunan gedung dengan penyumbang terbesar di negara-negara di Asia.Berdasarkan hal tersebut, bangunan/Gedung pada sektor perumahan di Indonesia perlu untuk mulai menerapkan prinsip rumah hijau agar dapat mengurangi emisi CO2 dan diharapkan dapat mengurangi dampak perubahan iklim.
Adapun pemerintah saat ini mempunyai target pengurangan emisi hingga 2030 dan diharapkan sektor perumahan turut berkontribusi di dalamnya. Namun, saat ini banyak program-program keberlanjutan namun masih minim dari sektor perumahan.
Dampak dari perubahan iklim seperti tsunami, gempa, dan angin kencang, membutuhkan rumah yang layak huni bukan hanya dari sanitasi saja melainkan juga ketahanan bangunannya.
Untuk itu, dengan berpartisipasinya Build Change dalam IGAHP ini diharapkan dapat menjadi langkah kecil yang dapat membawa perubahan besar dan menstimulasi kesadaran masyarakat kedepannya sehingga pilot project ini nantinya bisa dijalankan dengan lebih besar lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News