kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.792.000   16.000   0,90%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Ditopang Bea Keluar, Penerimaan Bea Cukai Hingga Februari 2025 Tembus Rp 52,6 Triliun


Selasa, 25 Maret 2025 / 15:10 WIB
Ditopang Bea Keluar, Penerimaan Bea Cukai Hingga Februari 2025 Tembus Rp 52,6 Triliun
ILUSTRASI. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis) Hingga akhir Februari 2025, penerimaan kepabeanan dan cukai dalam APBN 2025 tercatat telah mencapai Rp 52,6 triliun


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID-JAKARTA  Hingga akhir Februari 2025, penerimaan kepabeanan dan cukai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tercatat telah mencapai Rp 52,6 triliun atau sebesar 17,5% dari target yang telah ditetapkan. 

Capaian ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,1% secara tahunan (year-on-year/yoy), yang menegaskan peran strategis Bea Cukai dalam menopang pendapatan negara.

Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai Budi Prasetiyo  mengatakan, kinerja positif ini didorong peningkatan penerimaan bea keluar, sebagai salah satu komponen penerimaan kepabeanan dan cukai. 

"Hal ini mencerminkan tetap terjaganya aktivitas ekspor komoditas unggulan di tengah dinamika ekonomi global saat ini," ungkap Budi dalam keterangannya, Selasa (25/3).

Ia merinci, hingga Februari 2025 penerimaan bea keluar tercatat sebesar Rp 5,4 triliun atau naik 92,9% yoy. Kenaikan ini dipengaruhi salah satunya oleh pertumbuhan bea keluar produk sawit yang mencapai Rp 5,3 trilun atau tumbuh 852,9% yoy, karena kenaikan harga crude palm oil (CPO) bulan Februari 2025 mencapai US$ 955/metrik ton (MT) melebihi tahun 2024 yang sebesar US$ 806/MT. 

Baca Juga: Dorong Masyarakat Punya Rekening Bank, Upaya Kerek Penerimaan Pajak Sektor Informal

Namun, komponen penerimaan kepabeanan dan cukai lainnya, yakni bea masuk dan cukai diketahui mengalami penurunan. 

Untuk penerimaan bea masuk, hingga Februari 2025 tercatat sebesar Rp 7,6 triliun atau turun 4,6% yoy yang salah satunya dipengaruhi oleh penurunan bea masuk dari komoditas beras karena sejak awal tahun 2025 tidak diimpor lagi. 

Ke depannya, Budi menegaskan Bea Cukai akan terus berupaya memperkuat pelayanan dan pengawasan impor untuk menjaga penerimaan. 

"Kami akan terus menguatkan pelayanan dan pengawasan impor sebagai upaya menjaga penerimaan negara. Dengan pengawasan yang lebih ketat dan pelayanan yang efisien, Bea Cukai memastikan kepatuhan yang lebih baik dari pelaku usaha serta mencegah potensi kebocoran penerimaan," ujarnya.

Di sisi lain, penurunan juga terjadi di penerimaan cukai. Hingga Februari 2025 penerimaan cukai tercatat sebesar Rp 39,6 triliun atau turun 2,7% yoy. 

Secara rinci, cukai hasil tembakau (CHT) tercatat sebesar Rp 38,4 triliun atau turun 2,6%, yang dipengaruhi oleh turunnya produksi rokok bulan November dan Desember 2024 sebesar 5,2%, sebagai basis perhitungan penerimaan cukai hasil tembakau di bulan Januari dan Februari 2025. 

Sementara itu, cukai minuman mengandung etil alkohol (MMEA) sebesar Rp 1,1 triliun atau turun 7,6% yoy karena penurunan produksi MMEA sebesar 11,5%.

Kendati begitu, Budi menegaskan bahwa peranan Bea Cukai dalam mengawal APBN bukan hanya sebagai penjaga penerimaan negara, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam penindakan terhadap pelanggaran kepabeanan dan cukai serta pemberi fasilitas bagi industri. 

"Melalui pengawasan yang ketat dan pemberian insentif strategis, kami memastikan arus perdagangan yang aman sekaligus mendorong pertumbuhan industri nasional demi kebermanfaatan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Disebutkan Budi, instansi ini juga senantiasa melindungi masyarakat dan mengamankan perekonomian nasional dari barang ilegal dan penyelundupan dengan melakukan 4.454 penindakan di bidang kepabeanan dan cukai atau turun 36,8% yoy hingga Februari 2025. 

Dari penindakan tersebut, perkiraan nilai tangkapan yang dihasilkan sebesar Rp 1,8 triliun atau tumbuh 67,0% yoy. Lima komoditas teratas penindakan di antaranya rokok (50%), MMEA (7%), tekstil (3%), besi dan baja (4%), dan HP dan gawai (3%). 

Di lingkup penindakan narkotika sendiri, hingga Februari 2025, Bea Cukai telah melancarkan 212 penindakan narkoba bersama APH terkait atau turun 2,3% yoy dengan barang bukti mencapai 1,2 ton atau tumbuh 61,2% yoy.

Sementara itu, dalam menjalankan peran sebagai industrial assistance, Bea Cukai mencatat kegiatan ekonomi di kawasan berfasilitas hingga Februari 2025 masih tumbuh. 

Hal ini ditandai kenaikan pemanfaatan insentif, nilai ekspor, dan nilai impor perusahaan penerima fasilitas kawasan berikat dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE). 

Diketahui, insentif kepabeanan hingga Februari 2025 mencapai Rp5,8 triliun atau tumbuh 7,7% yoy dipengaruhi pertumbuhan insentif untuk fasilitas bea masuk kawasan berikat, kawasan ekonomi khusus (KEK), dan KITE.

Diharapkan pengelolaan APBN akan semakin optimal, sehingga APBN tetap menjadi instrumen utama untuk mendorong pertumbuhan, pemerataan dan keadilan sosial, sekaligus menjaga stabilitas perekonomian, dalam menghadapi ketidakpastian tantangan perekonomian global dan domestik. 

"Semoga hasil-hasil dan manfaat nyata dari APBN dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, sekaligus tetap akuntabel dan sehat posturnya," tutup Budi.

Baca Juga: Prabowo Kumpulkan para Menteri Ekonomi di Istana, Bahas Penerimaan Pajak

Selanjutnya: Masjidil Haram Kian Luas, Renovasi Besar Waskita Karya Mampu Tampung 105.000 Jemaah

Menarik Dibaca: Semarang Hujan Pukul 1 Siang, Ini Prakiraan Cuaca Besok (26/3) di Jawa Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×