Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat Ramadhan Pohan menilai, usulan yang dilontarkan mantan Ketua Umum DPP Demokrat Anas Urbaningrum agar Susilo Bambang Yudhoyono maju sebagai calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2014 tak akan dipertimbangkan partainya. Ia menekankan, SBY tak memburu kekuasaan.
"Enggaklah, Pak SBY tidak kemaruk kekuasaan, selain sosok konstitusionalis dan taat etika," ujar Ramadhan, saat dihubungi, Rabu (4/12/2013).
Ramadhan mengatakan, menjadi presiden sudah merupakan puncak karier SBY. SBY, kata Ramadhan, juga senang akan ada penggantinya kelak.
"Pernah ada preseden, wali kota jadi calon wali kota. Ini contoh buruk. Tidak perlulah diimani, apalagi dituruti," katanya.
Lebih lanjut, Wakil Ketua Komisi I DPR itu optimistis akan lahir sosok pengganti SBY yang bisa mengangkat suara Partai Demokrat. Sosok itu, katanya, akan dihasilkan dalam proses Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat.
"Salah satunya nanti yang menggantikan Pak SBY. Kami yakinlah, hari gini mosok enggak yakin," ujar Ramadhan.
Usul Anas
Pendiri Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Anas Urbaningrum menyarankan Ketua Majelis Tinggi sekaligus Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono untuk maju kembali dalam Pemilu Presiden 2014 sebagai calon wakil presiden periode 2014-2019. Menurut Anas, langkah ini mampu menyelamatkan Demokrat dari keterpurukan dalam Pemilu Legislatif 2014.
"Demokrat itu masih punya kartu truf, kalau digunakan akan berguna. Pak SBY merelakan diri untuk jadi cawapres," kata Anas saat berkunjung ke kantor Tribun di Jakarta, Selasa (3/12/2013).
Anas mengatakan, tanpa mengeluarkan kartu truf, Demokrat hanya akan berebut dengan Partai Gerindra untuk mendapat medali perunggu alias urutan ketiga. Ia mengungkapkan, ada dua faktor yang menjadi penyebab bakal melorotnya perolehan suara Demokrat pada 2014. SBY, sebut Anas, hingga kini juga masih menjadi simbol Partai Demokrat.
"Demokrat itu semakin identik dengan SBY. Demokrat partai yang paling kompak antara ketum dan sekjen (Edhie Baskoro Yudhoyono), partai yang tidak mungkin konflik antara ketua majelis tinggi dengan ketum," kata Anas, dengan raut wajah serius. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News