Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Sejak akhir tahun 2011 hingga saat inu, Indonesia masih saja berhadapan degan masalah neraca transaksi berjalan yang defisit atau current account deficit (CAD). Imbasnya, Indonesia membutuhkan utang luar negeri untuk membiayai defisit.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, CAD harus didanai. Yakni dengan valuta asing (valas) yang masuk, baik dalam bentuk penanaman modal langsung, portofolio serta utang luar negeri. "Meski begitu, utang valas luar negeri harus dikelola, jangan sampai jadi risiko yang tidak terkendali," kata Mirza, Kamis kemarin (9/10).
Untuk itu, perlu ada kehati-hatian atas utang luar negeri swasta. Salah satunya dengan melakukan hedging utang. Agar tak berlebihan harus ada pengendalian lewat penetapan rasio aset valas terhadap liabilitas.
Artinya, perusahaan yang berutang valas harus memiliki aset yang cukup untuk melunasi utangnya. Utang valas swasta hingga Juli: US$ 156,41 miliar, naik 2,08% dibanding Juni yang sebesar US$ 153,22 miliar. Adapun total utang valas: US$ 290,57 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News