Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, sampai akhir April 2018, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) mencapai Rp 109,90 triliun atau 39,90% dari APBN 2018. Realisasi tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 21,02% dibandingkan periode yang sama tahun 2017.
Kenaikan ini antara lain disebabkan meningkatnya harga komoditas, khususnya harga minyak bumi dan batubara sepanjang periode Januari-April 2018 dan tahun lalu.
Di sisi pajak, terdapat peningkatan penghasilan usaha (penghasilan kena pajak) sebagai indikator membaiknya laba perusahaan sepanjang tahun 2017. Berdasarkan data Kemkeu, terdapat sekitar 94 ribu WP Badan yang mengalami perbaikan usaha dengan pelaporan penghasilan dalam SPT Tahunan Badan tumbuh sebesar 17,4% dibandingkan pelaporan SPT Tahunan Badan di tahun 2017 (secara agregat).
Dari 94 ribu WP tersebut, peningkatan laba terbesar berasal dari sektor usaha pertambangan dengan pertumbuhan penghasilan kena pajak sebesar 93,71% secara yoy sejalan dengan perbaikan harga komoditas tambang di pasar global.
Dengan penerimaan yang naik ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati bilang, defisit anggaran hingga akhir April 2018 tercatat sebesar Rp 55,1 triliun, jauh lebih rendah dari akhir Maret 2018 sebesar Rp 85,78 triliun dan lebih rendah dari April 2017 sebesar Rp 72,2 triliun.
Ia optimistis, defisit anggaran akhir tahun ini mencapai 2,14% dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari target 2,19% dari PDB.
"APBN kita bahwa outlook defisit sampai akhir tahun 2,14%, lebih rendah dari target 2,19%," kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu.
Namun demikian, Menkeu masih tetap melakukan kajian terhadap harga minyak mentah. Terutama, jika dikaitkan dengan anggaran subsidi energi.
Ekonom Samuel Asset Management Lana Soelistyaningsih sependapat, defisit APBN memang selama ini tidak pernah tercapai 100% selama belanja negara tidak tercapai 100% juga. Oleh karena itu, dengan target yang di bawah 2,19% defisit tahun ini bisa jadi malah di bawah 2%
“Kalau defisit 2,19%, kemungkinan realisasi bisa sekitar 1,85%,” katanya kepada KONTAN, Minggu (20/5)
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Yustinus Prastowo menilai, kenaikan harga komoditas memang berpengaruh positif pada penerimaan pajak dan PNBP, tetapi harus dipastikan kelanjutannya.
“Karena ada juga risiko di depresiasi rupiah dan harga minyak mentah,” ujar dia.
Oleh karena itu, target defisit pemerintah yang di bawah 2,19% masih terbilang optimistis mengingat masih ada ketidakpastian dari nilai tukar rupiah dan pergerakan harga minyak serta komoditas tersebut. Ia mengatakan, defisit masih akan berada di kisaran 2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News