Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Defisit neraca perdagangan yang terjadi pertengahan 2013 dinilai bukan akibat dari ketidakmampuan Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan dalam mengelola kebijakan perdagangan yang diterapkan. Hal ini utarakan pengamat Ekonomi dari Center for Information and Development Studies (Cides) Umar Juoro.
"Salah alamat kalau defisit perdagangan itu ditujukan kepada Menteri Perdagangan. Defisit neraca perdagangan yang terjadi pertengahan tahun ini lebih banyak dipengaruhi oleh defisit pada ekspor minyak dan gas (migas) daripada sektor nonmigas. Sektor migas tidak dikelola langsung oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) melainkan oleh kementerian terkait, yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)," ujarnya, Kamis (6/9) kemarin kepada wartawan.
Neraca perdagangan pada Juli 2013 mencatat defisit sebesar US$2,3 miliar dibandingkan defisit pada Juni 2013 sebesar US$ 0,9 miliar. Defisit neraca perdagangan terutama terjadi pada sektor migas yang mencapai US$ 1,86 miliar.
"Itu paling besar defisit, di sektor migas. Di Indonesia, tanggung jawab pemerintahan itu dibagi habis di kementerian dan lembaga terkait. Misalnya, soal ekspor atau impor, langsung terkait ke kementeriannya. Seperti ekspor migas itu menjadi tanggung jawabnya Menteri ESDM," kata Umar.
Seharusnya, Umar mengingatkan, bukan saatnya untuk saling menyalahkan terkait masih tingginya defisit neraca perdagangan, khususnya di sektor migas. Akan tetapi, yang dibutuhkan saat ini adalah koordinasi strategis antarkementerian dan lembaga terkait guna mengatasi berbagai persoalan tersebut. Dibutuhkan pemikiran-pemikiran yang solutif.
Salah satu gagasan Mendag Gita Wirjawan soal global value chains, menurutnya patut diapresiasi. Sebuah konsep, lanjutnya lagi, dimana setiap negara, termasuk Indonesia berperan sebagai penyedia bahan baku, produk antara, dan produk akhir.
Di satu sisi, imbuhnya, gagasan ini tentu dapat mendorong pertumbuhan sektor manufaktur di tanah air. "Termasuk, dalam mengatasi persoalan ekspor dan impor yang menghantui Indonesia," ujarnya. (Tribunnews.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News