kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.290   30,00   0,18%
  • IDX 6.750   -53,40   -0,78%
  • KOMPAS100 997   -8,64   -0,86%
  • LQ45 770   -6,78   -0,87%
  • ISSI 211   -0,72   -0,34%
  • IDX30 399   -2,48   -0,62%
  • IDXHIDIV20 482   -1,69   -0,35%
  • IDX80 113   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 119   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   -0,75   -0,57%

Defisit migas meningkat, BI desak reformasi energi


Kamis, 28 November 2013 / 14:18 WIB
Defisit migas meningkat, BI desak reformasi energi
ILUSTRASI. Dalam Proses Seleksi Prakerja Artinya Apa. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas/nz


Sumber: Kompas.co | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, defisit neraca berjalan yang berlangsung selama 9 triwulan terus meningkatkan tekanan atas depresiasi rupiah.

Kondisi tersebut menjadi kendala bagi kesinambungan perekonomian agar terus tumbuh di lintasan yang lebih tinggi. Agus mengatakan meningkatnya kerentanan current account deficit disebabkan adanya pergeseran sektor ekspor ke ekstraktif diperburuk dengan adanya trend deindustrialisasi.

Menurutnya, Indonesia sebetulnya bisa terus mengembangkan industri sumber daya alam. Namun, sayangnya belum ada kemudahan-kemudahan dan fasilitas untuk mengembangkan industri pemrosesan sumber daya alam dengan nilai tambah lebih tinggi.

Dengan demikian, impor bahan bakar minyak (BBM) terus melesat, dan akibatnya defisit neraca minyak dan gas (migas) meningkat tajam.

"Dalam pandangan kami semakin mendesak bagi kita untuk melakukan reformasi energi dan menggenjot investasi pada bidang migas yang berorientasi domestik dan ekspor. Serta menggalakkan pengguanan energi alternatif dan terbarukan," kata Agus dalam Kompas 100 CEO Forum, yang digelar Rabu (27/11/2013).

Lebih lanjut ia menambahkan, meningkatnya konsumsi BBM juga mendorong importasi minyak dan menekan neraca migas. Peningkatan konsumsi BBM sebut Agus, diperparah dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor.

"Sekitar 20 persen dari total impor merupakan impor barang-barang yang berkaitan dengan BBM dan kendaraan bermotor," imbuhnya.

Oleh karena itu, menurutnya, ada beberapa inisiatif untuk mengurangi konsumsi BBM yang bisa ditempu. Diantaranya yakni peningkatan pajak progresif kendaraan bermotor, kewajiban penggunaan kendaraan bermotor untuk asuransi, serta pengetatan emigi gas untuk kendaraan bermotor. (Estu Suryowati)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×