Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan terus berlanjut di tahun depan. DBS menilai pelemahan ini akibat defisit neraca transaksi berjalan yang masih tinggi.
"Rupiah masih belum menguat kalau defisit transaksi berjalan masih di kisaran 3%-3,5%," ujar Ekonom DBS Gundy Cahyadi di Jakarta, Senin (25/11).
Seperti diketahui, pada triwulan III 2013 defisit transaksi berjalan turun menjadi 3,8% dari PDB atau sebesar US$ 8,4 miliar, dari periode sebelumnya mencapai US$ 9,9 miliar (4,4% dari PDB). Defisit pada
triwulan II yang mencapai 4,4% dari PDB ini merupakan defisit tertinggi sepanjang sejarah.
Menurut Gundy, rupiah akan membaik apabila transaksi berjalan defisitnya berada di kisaran 2,5% dari PDB. Bisa saja defisit transaksi berjalan turun menjadi 2,5% dari PDB asalkan pemerintah bekerja keras.
Dalam hal ini, untuk menekan impor pemerintah perlu meningkatkan produktivitas dalam negeri. Pemerintah harus membangun industri hulu yang menghasilkan bahan baku supaya impor secara drastis dapat dikurangi.
Adapun, lanjut Gundy, meskipun masih terjadi pelemahan di tahun depan namun pelemahannya tidak akan seperti tahun 2013. "Tekanan di pasar tidak akan seganas tahun ini di mana rupiah melemah hingga 15%," tandas Gundy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News