Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Bank Indonesia (BI) mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) kuartal pertama tahun ini defisit sebesar US$ 287 juta. Padahal pada kuartal keempat tahun lalu, NPI mencatatkan surplus sebesar US$ 5,1 miliar.
BI mencatat, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) kuartal pertama tahun ini sebesar US$ 4,7 miliar atau 2,1% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit tersebut membaik dibanding kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar US$ 5,1 miliar atau 2,4% dari PDB.
Penurunan defisit transaksi berjalan terutama ditopang oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang meningkat akibat penurunan impor nonmigas 5,2% dibanding kuartal sebelumnya. Penurunan impor nonmigas ini lebih dalam dibanding penurunan ekspor nonmigas sebesar 2,6% dibanding kuartal sebelumnya.
Meskipun secara keseluruhan menurun, kinerja ekspor beberapa komoditas nonmigas mulai menunjukkan perbaikan. Di sisi migas, neraca perdagangan migas membaik seiring dengan menyusutnya impor minyak karena harga minyak dunia yang lebih rendah.
Perbaikan kinerja transaksi berjalan juga disumbang oleh berkurangnya defisit neraca jasa mengikuti turunnya impor barang dan turunnya pengeluaran wisatawan nasional selama berkunjung ke luar negeri. Sementara itu, defisit neraca pendapatan primer mengalami peningkatan terkait pola pembayaran bunga surat utang pemerintah.
Meski CAD kuartal pertama tahun ini mengalami perbaikan, namun surplus pada transaksi modal dan finansial justru mengalami penurunan yang cukup besar. Surplus pada transaksi modal dan finansial pada tiga bulan pertama tahun ini tercatat sebesar US$ 4,2 miliar dari sebelumnya US$ 9,8 miliar.
Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya investasi langsung yang turun menjadi US$ 2,2 miliar dari sebelumny US$ 2,8 miliar. Sementara itu, investasi portofolio yang mencapai US$ 4,4 miliar.
Kepala Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Juda Agung menyatakan, dari sisi investasi lainnya, yaitu dari utang luar negeri (ULN) pada kuartal pertama tahun ini lebih banyak pelunasan atau nett bayar dibandingkan dengan penarikan. Juda bilang, hal tersebut menyebabkan bekurangnya imbas ULN.
"Mungkin swasta enggak mau terbebani dengan ULN," kata Juda, Jumat (13/5).
Meski demikian, Gubernur BI Agus Martowardojo tetap optimsitis NPI secara keseluruhan pada tahun ini akan mencetak surplus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News