kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Defisit APBN 2022 Rendah, Ekonom: Model Bagus untuk Jalankan Konsolidasi Fiskal 2023


Selasa, 03 Januari 2023 / 18:19 WIB
Defisit APBN 2022 Rendah, Ekonom: Model Bagus untuk Jalankan Konsolidasi Fiskal 2023
ILUSTRASI. Defisit APBN 2022 sebesar Rp 464,3 triliun atau sebesar 2,38% dari produk domestik bruto (PDB). (KONTAN/Fransiskus Simbolon)


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mulai mencatat defisit. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, defisit APBN 2022 sebesar Rp 464,3 triliun atau sebesar 2,38% dari produk domestik bruto (PDB).

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan, defisit yang relatif rendah di tahun 2022 menjadi sebuah model bagus bagi pemerintah untuk menjalankan konsolidasi fiskal di tahun ini, dengan beberapa asumsi seperti pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan berada di kisaran 5% dan disaat bersamaan juga menjalankan konsolidasi belanja.

"Di tahun ini sementara kami proyeksikan angka defisit masih akan berada di kisaran yang ditargetkan oleh pemerintah yaitu 2,5% hingga 2,8%," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Selasa (3/1).

Baca Juga: APBN 2022 Catat Defisit 2,38% dari PDB

Yusuf menyampaikan, faktor yang mempengaruhi defisit tersebut lantaran dari sisi penerimaan akan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2022. 

Sementara, dari sisi belanja, pemerintah di tahun ini akan melakukan penyesuaian belanja yang relatif besar sehingga belanja negara relatif akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu dan ini akan bermuara terhadap defisit yang juga relatif lebih kecil.

"Sebenarnya, dengan besarnya peluang defisit akan berada di bawah 3% di tahun ini, bisa mendorong pemerintah juga untuk lebih leluasa dalam mengeluarkan kebijakan fiskal di tahun ini, termasuk di dalamnya dengan masih melanjutkan beragam insentif yang diperlukan untuk dunia usaha," katanya.

Hal ini lantaran, di saat Indonesia masih menuju proses transisi pemulihan ekonomi, dirinya menilai dunia masih membutuhkan berbagai insentif ataupun relaksasi. Ia menambahkan, target konsolidasi fiskal di tahun ini memiliki peluang yang besar untuk dicapai, sehingga pemerintah bisa cukup leluasa dalam menjalankan atau memberikan insentif untuk dunia usaha dan juga kepada masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×