Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Lebih kencangnya belanja negara di awal tahun ini belum diimbangi dengan penerimaan negara. Hal tersebut menyebabkan defisit anggaran per akhir April 2016 bertambah lebar.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan, realisasi penerimaan negara per awal pekan kedua Mei 2016 mencapai 23% dari target. Sementara itu, realisasi belanja negara sebesar 28% dari target.
Jika dihitung-hitung, maka realisasi penerimaan pada periode tersebut mencapai Rp 419,2 triliun dan belanja negara Rp 586,8 triliun sehingga defisit anggaran mencapai 1,3% dari produk domestik bruto (PDB).
"(Defisit anggaran) masih manageable (bisa dikelola)," kata Bambang, Selasa (10/5).
dibandingkan realisasi anggaran per akhir April tahun lalu, realisasi penerimaan tersebut lebih lebih rendah, tetapi realisasi belanja lebih tinggi. Berdasarkan data i-account April 2015, realisasi penerimaan sebesar Rp 428,8 triliun dan belanja negara Rp 498,7 triliun.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemkeu Suahasil Nazara mengatakan, pemerintah tetap akan menjaga defisit anggaran agar tidak melebihi angka 3%. "Untuk kepentingan planning kami tidak mau planning (defisit anggaran) di atas 2,5% karena jaga daerah. Berapapun shortfall di pajak, defisit tidak akan di atas 3%," kata Suahasil.
Oleh karena itu, untuk mengimbangi kemungkinan shortfall tersebut, pemerintah akan memangkas anggara belanja negara nonprioritas, seperti belanja operasional. Sementara itu lanjutnya, belanja modal tetap akan dipertahankan sehingga pihaknya masih meyakini target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3% masih bisa dicapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News