Reporter: Margareta Engge Kharismawati | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Penyerapan anggaran hingga akhir Agustus 2014 masih terkendali. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat defisit anggaran pada Agustus mencapai 1,15% dari PDB atau sebesar Rp 119 triliun.
"Realisasi pendapatan sebesar Rp 931 triliun dan belanja Rp 1.050 triliun," ujar Dirjen Anggaran Kemkeu Askolani ketika dihubungi KONTAN, Jumat (10/10).
Ini berarti dari target pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2014 sebesar Rp 1.635,4 triliun, pada bulan Agustus realisasi baru mencapai 56,93%. Bila dibanding periode yang sama tahun lalu, pendapatan tahun ini sedikit lebih baik. Tahun lalu realisasi pendapatan mencapai 56,3% dari target.
Sementara itu untuk belanjanya dengan realisasi Rp 1.050 triliun berarti mencapai 55,94% dari target APBN-P 2014 sebesar Rp 1.876,9 triliun. Menurut Askolani, penyerapan defisit anggaran masih sejalan dengan perkiraan.
Ke depan hingga akhir tahun, dirinya menjelaskan, defisit akan diupayakan mendekati target 2,4% dari PDB atau Rp 241,5 triliun. Memang untuk mengantisipasi penerimaan yang loyo tahun ini, harus dilakukan berbagai upaya mengendalikan defisit. Salah satu yang dilakukan adalah menghemat belanja kementerian/lembaga (K/L).
Dalam APBN-P 2014 pemerintah telah memangkas anggaran belanja kementerian/lembaga sebesar Rp 43 triliun. Kali ini Kemkeu sedang menunggu rincian belanja yang bisa kembali dihemat tiap-tiap kementerian/lembaga.
Belanja yang bisa dihemat ini, diakui Askolani, bukanlah belanja modal melainkan belanja rutin seperti perjalanan dinas dan belanja barang. Sebagai bendahara negara, Kemkeu ingin memantau langkah penghematan kementerian/lembaga yang memang menjadi arah kebijakan pemerintah tahun ini.
Mengenai berapa ruang penghematan yang bisa dilakukan, Askolani belum menghetahuinya. "Mudah-mudahan ruangnya cukup besar," tandasnya.
Tidak heran Kemkeu kembali menyerukan upaya penghematan, pasalnya anggaran subsidi energi khususnya bahan bakar minyak (BBM) berpotensi melebihi pagu. Hal ini sebagai akibat nilai tukar rupiah yang terbang melebihi pagu 11.600 per dolar Amerika dalam APBN-P 2014.
Meskipun dalam hal ini, menurut Askolani, penyerapan belanja tiap tahunnya tidak pernah maksimal 100%. Secara rata-rata realiasi belanja kementerian/lembaga sekitar 91%-92% hingga akhir tahun.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, untuk soal defisit tidak perlu khawatir lewat dari 2,4% dari PDB. "Serapan dari anggaran belanja tidak sempurna," terang Lana.
Melihat tahun 2013 kemarin, realisasi defisit anggaran sebesar 2,24% atau Rp 209,5 triliun. Dalam pagu APBN-P 2013 pagu defisit sebesar 2,38% atau Rp 224,2 triliun. Pada tahun 2012 pun, realisasi defisit 1,86% atau Rp 153,3 triliun. Pagunya 2,23% atau Rp 190,1 triliun.
Menurut Lana, sensitivitas anggaran terhadap rupiah adalah bertambah Rp 3 triliun setiap pelemahan Rp 100. Meskipun begitu, tahun ini defisit masih akan berada dalam target karena serapan belanja masih akan tidak maksimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News