Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Aliran modal asing (capital inflow) diperkirakan masih akan mengalir deras masuk ke negara-negara emerging market termasuk Indonesia. Sebab, negara-negara emerging market termasuk Indonesia menjadi tempat yang menarik bagi investor untuk membenamkan modalnya.
Kepala Ekonom DBS Bank David Carbon mengatakan, posisi negara-negara emerging market di Asia menjadi poros ekonomi baru di tahun-tahun mendatang. Menurutnya, hal ini dibarengi dengan kebijakan Amerika Serikat yang menerapkan kembali quantitative easing untuk kedua kalinya sehingga semakin memperlancar derasnya arus modal asing ke negara Asia, termasuk Indonesia.
Selain itu, dia mengatakan, fundamental ekonomi Indonesia yang relatif cukup baik saat ini menjadi daya tarik bagi investor. "Arus dana asing akan semakin besar masuk ke Asia dan akan berdampak positif pada apresiasi nilai tukar mata uang walaupun dalam jangka pendek akan mengakibatkan tekanan pada suku bunga," ucap , Kamis (27/1).
Carbon mengatakan aliran modal asing tersebut akan sulit dikendalikan. Sebab, dia mengatakan, dana asing cenderung mencari tempat yang dinilai aman untuk para pemilik modal. Menurutnya, negara yang dinilai aman bagi para pemilik modal adalah negara yang kondisi ekonominya relatif stabil.
Namun, dia menilai serbuan dana asing ini tidak perlu dikhawatirkan oleh pemerintah. Pasalnya, dia mengatakan, persoalan ini bukan hanya dialami oleh Indonesia melainkan juga negara Asia lainnya yang menjadi tujuan arus modal asing.
Hal senada diucapkan pengamat ekonomi Universitas Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko. Dia menuturkan, arus modal asing masih mengalir ke negara emerging market pada kuartal I dan II tahun ini. Menurutnya, derasnya arus modal yang masuk pada kuartal awal tahun 2011 tidak akan jauh berbeda dengan kuartal akhir tahun 2010.
Namun, pada kuartal III dan IV, Prasetyantoko belum bisa meramalkannya. Pasalnya, dia bilang kucuran dana asing itu tergantung proses pemulihan perekonomian global yang terjadi di Amerika Serikat. "Kalau terjadi pemulihan di AS, maka investasi akan kembali ke negara pusat investasi di AS," tandasnya.
Selain itu, lanjutnya, yang perlu dicermati adalah kondisi perekonomian nasional yang berada dibawah bayang-bayang tekanan inflasi. Menurutnya, tekanan inflasi yang cukup tinggi, membuat investor merasa tidak nyaman, terlepas dari kondisi fundamental perekonomian Indonesia yang relative stabil. Jika tekanan inflasi tinggi, dikhawatirkan arus modal asing justru banyak yang keluar dari Indonesia. "Bisa ada kemungkinan pembalikan arus modal dan ini yang dikhawatirkan dari dampak inflasi yang tinggi," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News