Reporter: Irma Yani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Aliran modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia yang cukup deras perlu diwaspadai. Pasalnya, banjir capital inflow itu bisa menyebabkan krisis bila tak dikelola dengan baik.
"Terutama yang arus jangka pendek, sebab akan ada aksi ambil untung dari spekulan. Arus balik itulah yang bisa menyebabkan krisis," kata Sekertaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Avilliani, hari ini.
Apalagi, lanjut Avilliani, sebagian besar atau 60% kepemilikan pasar modal sudah dikuasai asing. "Kondisi ini dinilai berbahaya, sebab aktivitas perekonomian di luar perbankan, turut terpengaruh," ucapnya.
Dia menambahkan, sejauh ini belum ada langkah baik berupa regulasi maupun strategi untuk mengantisipasi kondisi terburuk yang suatu saat bisa menimpa perekonomian nasional lantaran aksi pembalikan arus modal asing itu.
Apalagi, jaring pengaman sistem keuangan (JPSK) saat ini pun belum ada. Ia khawatir, akan timbul persoalan seperti Century. "Lebih baik, sebelum undang-undang otoritas jasa keuangan (OJK), dahulukan undang-undang sistem keuangan," tandasnya.
Hal senada diungkapkan oleh Pengamat Valas Farial Anwar mengungkapkan, kondusifnya perekonomian Indonesia dan belum pulihnya perekonomian dikawasan Eropa dan Amerika Serikat memicu pergerakan arus modal asing secara besar-besaran ke kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kondisi ini diperkirakan masih akan terus berlangsung di tahun 2011. "Tapi kondisi ini bisa berakibat buruk jika tidak dikelola dengan baik," katanya.
Farial mengatakan, saat ini pasar keuangan dikuasai spekulator global atau hedge fund yang mengejar keuntungan semaksimal mungkin dengan memainkan uang pada berbagai instrumen keuangan dan komoditi berbagai negara. "Kondisi ini menjadi pemicu guncangan ekonomi yang dapat menyebar cepat ke negara lain dan semakin sulit diatasi," terangnya.
Menurutnya, selain kondisi perekonomian global yang belum pulih, penyebab lain yang melatarbelakangi derasnya arus modal asing ke Indonesia adalah pasar modal dalam negeri yang brelatif kecil dan mudah didikte pemain asing. "Apalagi Indonesia menganut rezim devisa bebas. Jadi, tidak ada pola pengaturan dan pengelolaan arus modal yang keluar-masuk," ujarnya.
Sementara itu, Direktur riset ekonomi dan kebijakan moneter Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah untuk mengatasi tiga hal penting dalam perekonomian nasional.
Pertama, koordinasi kebijakan untuk memperkuat sisi penawaran. Kedua, koordinasi untuk pengendalian inflasi. Ketiga, koordinasi pengelolaan capital inflow. "Kita akan tetap menghadapi capital inflow, dan akan terus diperhatikan sebab ini berpengaruh pada makro perekonomian dan nilai tukar rupiah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News