kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Daya tahan APBN diprediksi akan mulai goyah pada April 2020 ini


Jumat, 17 April 2020 / 17:36 WIB
Daya tahan APBN diprediksi akan mulai goyah pada April 2020 ini
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat pelantikan Kepala BKF di Jakarta (3/4/2020).


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 76,4 triliun sepanjang Januari-Maret 2020.

Angka tersebut setara dengan 0,45% dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Pencapaian tersebut cukup baik jika dibandingkan dengan realisasi defisit anggaran pada kuartal I-2019 senilai Rp103,1 triliun atau setara 0,65% dari PDB.

Baca Juga: Ini besaran penghematan yang dilakukan pemerintah pasca pangkas alokasi THR

Meski demikian,Ekonom Institute Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Eric Alexander Sugandi menyampaikan bahwa daya tahan APBN tidak akan terulang pada bulan ini.

“Mestinya defisit melebar di kuartal II-2020  karena pemerintah akan belanja banyak untuk mengatasi Covid-19 dan memitigasi dampak ekonominya,” kata Eric kepada Kontan.co.id, Jumat (17/4).

Adapun total tambahan belanja negara dalam rangka penanggulangan Covid-19 dialokasikan sebanyak Rp 255,1 triliun. Uang tersebut untuk anggaran kesehatan, perlindungan sosial, dan dukungan industri.

Baca Juga: Belanja pemerintah pusat hingga Maret naik 6,6%, untuk apa saja?

Sementara itu, kata Eric penerimaan negara menginjak bulan April ini tentu akan berat karena harga minyak yang rendah. Di pasar spot harga minyak jenis brent, hari ini masih bertengger di level US$ 28 per barel.

Jauh dari prediksi harga minyak Indonesia atau CPI yang ditetapkan pemerintah dalam APBN 2020 seharga US$ 63 per barel.

Penurunan harga minyak, memengaruhi penerimaan pajak migas dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sumber daya alam. “Aktivitas ekonomi yang terhambat, pengaruhi penerimaan,” kata Eric.

Sementara itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrwati mengatakan penerimaan negara utamanya tersokong oleh pembayaran dividen dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang lebih awal.

Baca Juga: Kemenkeu prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2020 sebesar 4,52% - 4,68%

Menkeu menegaskan pertumbuhan ini bukan berasal dari kegiatan ekonomi yang melonjak.

“Ini karena bank-bank BUMN RUPS lebih awal, kemudian bayarkan dividen di Maret lalu. Inilah yang membuat penerimaan negara melonjak" kata Sri Mulyani dalam paparan APBN melalui media daring, Jumat (17/4).

Adapun, Kemenkeu telah merevisi defisit anggaran dari 3% menjadi 5% lewat peraturan pemerintah pengganti undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease (Covid-19)  dikeluarkan dalam kondisi luar biasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×