Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Danareksa Research Intitute (DRI) memperkirakan neraca perdagangan Indonesia akan mengalami surplus sebesar US$ 0,49 miliar alias Rp 490 juta pada Mei 2020, setelah tercatat defisit US$ 350 juta pada April 2020.
Surplus ini disebabkan oleh penurunan impor yang lebih besar daripada penurunan ekspor. Penurunan impor diperkirakan akan sebesar US$ 210 juta atau 1,67% month on month (mom) dan penurunan ekspor diprediksi akan sebesar US$ 100 juta atau 0,77% mom.
Baca Juga: Kekhawatiran gelombang kedua corona akan menekan rupiah, dolar AS jadi safe haven
"Penurunan impor pada bulan lalu dipengaruhi oleh permintaan dalam negeri yang melemah akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan oleh pemerintah," kata Head of Economic Research DRI Moekti P. Soejachmoen, Sabtu (13/6).
Hal ini juga terlihat dari tekanan inflasi pada bulan tersebut yang sebesar 0,07% mom atau lebih rendah daripada 0,08% mom pada bulan April 2020. Inflasi ini sangat rendah, apalagi pada bulan lalu terdapat hari raya Idul Fitri yang biasanya mendulang banyak permintaan.
PSBB menyebabkan banyak masyarakat berkurang atau bahkan kehilangan pendapatannya yang akhirnya menurunkan daya beli. Hal ini juga akhirnya menjalar pada aktivitas industri pengolahan yang terlihat masih tak ekspansif dengan indeks manufaktur di bawah 50, atau 28,4 pada Mei 2020.
Baca Juga: Impor turun lebih dalam, neraca dagang bulan Mei 2020 diprediksi surplus
Sementara dari sisi ekspor, penurunan ekspor Indonesia sedikit tertahan akibat mulai pulihnya kondisi industri manufaktur mitra dagang utama di Indonesia walau tetap di bawah level 50. Negara-negara tersebut antara lain China, Jepang, dan Uni eropa.