Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir buka suara terkait perkembangan peralihan aset perusahaan plat merah yang akan dikelola oleh Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Erick menyebut saat ini peralihan aset termasuk saham-saham anak perusahaan BUMN kepada badan baru ini masih dalam proses, dan akan dilakukan secara bertahap.
Pemerintah juga masih mendorong terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) terkait penyetoran modal saham dilakukan dalam bentuk lain selain uang atau inbreng.
"Orang kan berfikirnya mudah, padahal tidak, nanti kita masih mendorong Peraturan Pemerintah (PP) Inbreng," jelas Erick usai Peninjauan Bandara Soekarno Hatta, Sabtu (1/3).
Baca Juga: Tutup Permanen, Bos Sritex Sampaikan Terima Kasih Kepada Seluruh Karyawan
Lebih lanjut, Erick juga menjelaskan alasan dibalik Danantara yang nanti akan mengelola seluruh aset BUMN bukan hanya tujuh perusahaan besarnya.
Erick bilang, hal ini dilakukan agar tranformasi BUMN dilakukan secara menyeluruh dan dijadikan satu aset manajemen yang utuh.
"Saya sebagai Menteri BUMN tidak mau setengah-setengah, ini tujuh dulu, ini tambah dua dulu. Maunya semuanya, toh kita nggak ada yang diumpetin," kata Erick.
Erick juga menekankan bahwa tranformasi yang dijalankan oleh BUMN selama lima tahun terakhir seluruhnya transparan. Keberhasilan BUMN ini mencatatkan profit sebesar Rp 310 triliun yang menjadi bukti bahwa proses efisiensi dan perubahan sudah berjalan dengan baik.
"Kalau BUMN itu benar-benar buruk dan banyak korupsi, tidak mungkin ada profit sebesar itu," ujar Erick.
Erick juga menjelaskan meskipun Danantara mendapatkan respon negatif dari pasar. Namun menurutnya, visi presiden Prabowo Subianto dalam membentuk badan ini harus mendapatkan dukungan untuk memperkuat perekonomian Indonesia kedepannya.
Erick menjelaskan sudah banyak contoh negara yang memiliki sovereign wealth fund (SWF) dan berhasil memperkokoh perekonomian mereka, seperti PIF di Arab Saudi dan Qatar Investment Authority.
"Masa kita bikin sovereign wealth fund yang segede ini, yang nomor 7 atau nomor 8, benchmarking-nya yang tidak bagus, ya, berarti ya sama saja set-back. Kami akan kasih lihat yang bagus,” pungkas Erick.
Baca Juga: Potensi Danantara Optimalkan Hilirisasi Perkebunan Negara
Selanjutnya: Tutup Permanen, Bos Sritex Sampaikan Terima Kasih Kepada Seluruh Karyawan
Menarik Dibaca: Tips Mencegah Stres Finansial Karyawan Pasca-Lebaran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News