Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Siapapun pasti bisa mengikuti nalar ini. Jika harga minyak turun, anggaran negara untuk subsidi energi tahun ini tentu bakal tersisa puluhan triliun rupiah.
Mari kita tengok hitungan para anggota DPR tentang penghematan subsidi itu. Anggota Komisi VII dari Fraksi PAN Tjatur Sapto Edy menghitung, dengan asumsi harga minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) US$ 105 per barel, subsidi BBM dan listrik akan tersisa Rp 24,5 triliun. "Pemerintah mengatakan rata-rata ICP saat ini US$ 108 per barel. Dengan ICP sebesar itu saja masih ada sisa subsidi energi sebesar Rp 14,8 triliun," kata Tjatur, kepada KONTAN, Kamis (23/10).
Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2008, pemerintah punya anggaran subsidi energi sebesar Rp 187 triliun plus cadangan subsidi jika harga minyak terus naik sebesar Rp 18,3 triliun, atau totalnya sebesar Rp 205,3 triliun. "Saya perkirakan dana itu hanya terpakai maksimal Rp 190 triliun," tambah Tjatur.
Anggota Panitia Anggaran dari Fraksi Golkar Harry Azhar Azis juga memperkirakan akan ada sisa subsidi, namun cuma sebesar Rp 9 triliun. "Itu dengan asumsi ICP lebih tinggi lagi US$ 116 per barel," kata Harry.
Padahal, para anggota DPR itu masih belum memakai data ICP yang terbaru. Per September, ICP bahkan cuma US$ 99,06. Artinya, pemerintah punya ruang yang leluasa untuk menurunkan harga BBM bersubsidi dari harga yang berlaku saat ini. "Dengan dana sisa Rp 9 triliun saja , pemerintah bisa menurunkan harga premium 18% menjadi sekitar Rp 5.000 per liter," tutur Harry.
Sedangkan Tjatur menghitung, pemerintah bisa menurunkan harga BBM bersubsidi jenis premium sebesar Rp 1.000 per liter, solar dan minyak tanah sebesar Rp 500 per liter.
Sisa subsidi akan lebih besar lagi jika melihat tren menurunnya harga minyak dunia yang terus berlanjut. Kamis (23/10) kemarin, harga minyak terbaik di bursa New York sudah melorot menjadi US$ 66,8 per barel. "Kalau terus turun hingga di bawah US$ 60 per barel jangan heran kalau bulan November harga BBM Industri lebih murah daripada BBM bersubsidi," kata Direktur Institute for Development of Economics & Finance (Indef) M Ikhsan Modjo.
Harry Azhar Azis menambahkan, penurunan harga BBM bersubsidi tahun ini atau tahun depan sepenuhnya menjadi political will pemerintah. "Sebab pasal khusus tentang fleksibilitas anggaran hanya mengatur kenaikan harga, bukan penurunan. Jadi jika pemerintah mau, tentu bisa menurunkan harga," kata Harry. Di tengah krisis seperti sekarang penurunan harga BBM bersubsidi tentu membantu konsumen memperkuat daya belinya.
Namun Direktur Jenderal Minyak dan Gas Evita Legowo tak sependapat anggaran subsidi energi akan tersisa. "Hitungan dari mana? Enggak begitu, subsidi energi berdasarkan asumsi ICP US$ 95 per barel, jadi tidak ada sisa dana subsidi tahun ini," kata Evita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News