kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.199   57,86   0,81%
  • KOMPAS100 1.105   10,32   0,94%
  • LQ45 877   10,94   1,26%
  • ISSI 221   0,89   0,40%
  • IDX30 448   5,61   1,27%
  • IDXHIDIV20 539   4,64   0,87%
  • IDX80 127   1,22   0,97%
  • IDXV30 135   0,58   0,43%
  • IDXQ30 149   1,55   1,05%

Dampak Pinjaman Online Terhadap Masa Depan Keuangan Generasi Muda Indonesia


Sabtu, 16 September 2023 / 22:47 WIB
Dampak Pinjaman Online Terhadap Masa Depan Keuangan Generasi Muda Indonesia
ILUSTRASI. Sejumlah anak membaca bersama di dekat dinding bermural di kawasan Tempurejo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/9/2021). Mural tersebut sebagai sarana imbauan kepada masyarakat terhadap bahaya pinjaman daring atau 'online' (pinjol) ilegal yang sekarang lagi marak. ANTARA FOTO/Didik Suhartono/hp.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saat revolusi digital terus mengubah berbagai aspek kehidupan modern, sektor keuangan di Indonesia bukanlah pengecualian. 

Proliferasi pinjaman online di Indonesia telah membuat negara ini mengalami pertumbuhan yang luar biasa dalam industri pinjaman online. Meskipun pinjaman online telah mengubah akses masyarakat Indonesia terhadap kredit, tren ini tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan literasi keuangan di kalangan penduduknya, terutama di kalangan dewasa muda. 

Akibatnya, populasi dewasa muda Indonesia sering kali terjebak oleh kecenderungan impulsif atau keinginan akan kepuasan instan, mendorong mereka untuk mengejar pinjaman yang cepat dan mudah tanpa mempertimbangkan risiko yang terkait.

Ada banyak faktor yang menyebabkan muda-mudi Indonesia terjebak dalam utang, termasuk namun tidak terbatas pada kebutuhan mendesak, kebiasaan pengeluaran yang berlebihan, tekanan ekonomi, pembiayaan pendidikan, dan tingkat literasi pinjaman yang rendah. 

Baca Juga: Talk Show Literasi Keuangan FIFGROUP:OJK Apresiasi Upaya Optimalkan Pembiayaan Cerdas

Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor penting yang menyebabkan masalah utang, yang tidak hanya berdampak pada kalangan dewasa muda, tetapi juga masyarakat pada umumnya.

Peneliti Center of Digital Economy and SME, INDEF, Nailul Huda mengatakan, pinjaman online tumbuh pesat di Indonesia, meningkat 71% pada Desember 2022, akibat dari lonjakan belanja online pasca pandemi, terutama di kalangan pemuda yang cenderung konsumtif. 

Pada Juni 2023, pinjaman rata-rata untuk pemuda di bawah 19 tahun mencapai Rp 2,3 juta, sementara untuk usia 20-34 tahun adalah Rp 2,5 juta, padahal pendapatan rata-rata pemuda hanya Rp 2 juta per bulan. 

"Masalah ini semakin memprihatinkan karena pendapatan pemuda lebih rendah daripada utang mereka dari pinjaman online. Oleh karena itu, diperlukan tindakan konkret untuk mengatasi maraknya pinjaman online ilegal." kata Nailul dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (16/9).

Faktor lain yang memicu peningkatan prevalensi pinjaman online di kalangan dewasa muda Indonesia adalah perubahan perilaku dari generasi sebelumnya ke generasi muda saat ini. 

Baca Juga: OJK Cabut Izin Pinjol Danafix, Cek Daftar Pinjol Legal & Ilegal September 2023

Kemajuan teknologi yang terus berlanjut selama bertahun-tahun telah memainkan peranan penting dalam membentuk praktik keuangan dari berbagai generasi. Secara historis, generasi yang lebih tua cenderung menghindari utang, bahkan untuk pembelian besar seperti mobil. 

Sebaliknya, generasi yang lebih muda seperti Generasi X dan Z lebih terbuka untuk berutang demi memenuhi hasrat gaya hidup, seperti menghadiri konser dan pergi berlibur.

Untuk mengatasi masalah yang semakin besar terkait kalangan dewasa muda Indonesia yang terjebak dalam perangkap pinjaman online ilegal dan untuk menjaga kesejahteraan keuangan mereka di masa depan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengembangkan serangkaian inisiatif dan taktik. 

Ini termasuk program pendidikan online dan offline, kampanye kesadaran finansial nasional, serta memperkuat kerja sama dan kemitraan strategis dengan kementerian dan lembaga pemerintah, melibatkan universitas, dan memperkuat sektor jasa keuangan. Inovasi fintech, seperti Earned Wage Access (EWA), dapat menjadi peluang untuk mengurangi dampak negatif dari pinjaman online.

Peneliti Center of Digital Economy and SME INDEF, Izzudin Al Farras Adha, menambahkan berdasarkan APJII (2023), sebanyak 97,1% penduduk usia 19-34 tahun sudah terhubung dengan internet. 

Ketersediaan pinjaman online ilegal yang terintegrasi dengan internet membuat aksesnya semakin mudah bagi pemuda. Pemerintah telah bertindak untuk mengatasi pinjaman online ilegal melalui Satgas Waspada Investasi (SWI). 

Sejak 2018, hampir 7.000 pinjol ilegal telah dihentikan oleh SWI, namun sayangnya, langkah ini belum berahasil sepenuhnya menghilangkan kasus pinjaman online ilegal tahun ini. 

"Kita harus bekerja sama dengan instansi pemerintah dan swasta. Hal ini dapat menjadi solusi bagi banyak kalangan dewasa muda di Indonesia," kata Izzudin.

Namun, melihat peranan penting yang dimainkan oleh pemuda saat ini, solusi untuk masalah tersebut seharusnya tidak hanya berfokus pada dampak jangka pendek, tetapi juga pada kemakmuran jangka panjang mereka - untuk memastikan bahwa kalangan dewasa muda Indonesia memiliki dasar keuangan yang berkelanjutan yang akan menjadi pijakan bagi kesejahteraan keuangan dan kesuksesan mereka di masa depan.

Baca Juga: Indef: Ada Kecenderungan Peralihan Pengguna Kartu Kredit ke Fintech Lending

Country Head of GajiGesa Indonesia, Ade Saragih, mengatakan, GajiGesa berkomitmen untuk membebaskan individu dari pinjaman berbunga tinggi. Sejak GajiGesa pertama kali didirikan pada tahun 2020, dalam waktu 3 tahun, ia mengklaim GajiGesa telah membantu 27.863 karyawan untuk keluar dari pinjaman online. 

Selain itu, penelitian yang dilakukan bersama INDEF pada akhir 2022 mengungkapkan bahwa 42% karyawan Indonesia yang menghasilkan kurang dari Rp 5 juta  per bulan tidak mampu menabung atau berinvestasi, namun data internal mereka menunjukkan bahwa sebanyak 25.928 pengguna GajiGesa telah berhasil meningkatkan jumlah tabungan mereka sejak mereka mulai menggunakan GajiGesa. 

"Temuan ini membuktikan bahwa EWA GajiGesa menyediakan solusi yang layak untuk membantu karyawan mencapai stabilitas keuangan mereka," jelas Ade.

Selain itu, penelitian GajiGesa dan INDEF juga menemukan bahwa di antara karyawan yang mampu mengalokasikan gajinya untuk investasi, sebanyak 35% dari mereka berinvestasi dalam emas. 

Sejalan dengan data ini dan misi GajiGesa untuk memberdayakan karyawan agar mencapai kesejahteraan keuangan, GajiGesa juga baru-baru ini memperkenalkan fitur Investasi Emas. 

Melalui fitur ini, karyawan dari perusahaan-perusahaan yang menjadi klien GajiGesa dapat memanfaatkan gaji mereka secara prorata untuk membeli dan menjual emas digital melalui aplikasi GajiGesa. 

Baca Juga: Pertumbuhan Kartu Kredit Turun Saat Pinjaman Online Melonjak

Keunikan fitur ini yang memungkinkan investasi emas melalui EWA memberikan kebebasan kepada pengguna GajiGesa untuk memanfaatkan peluang investasi dan mencapai tujuan keuangan mereka tanpa harus menunggu tanggal gajian mereka. 

"Fitur investasi emas GajiGesa memungkinkan karyawan untuk memanfaatkan gaji yang mereka peroleh untuk berinvestasi dalam emas kapan saja, tanpa dibatasi oleh siklus pembayaran gaji tradisional. Dengan cara ini, karyawan memiliki kebebasan untuk membeli emas pada harga optimal dan memaksimalkan potensi keuntungan dari investasi mereka," tambah Ade.

Dengan kombinasi aplikasi yang mudah digunakan dan opsi untuk membeli dan menjual emas dengan gaji yang diperoleh, GajiGesa memberikan individu kesempatan untuk berinvestasi dalam instrumen yang terbukti dapat menghasilkan potensi keuntungan dan perlindungan nilai dalam jangka panjang. Fitur ini
 
sejalan dengan misi GajiGesa untuk memberdayakan kalangan dewasa muda, membantu mengamankan masa depan keuangan mereka, dan membuat pilihan investasi yang tepat.

Dengan misi membekali dan memberdayakan generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk membuat keputusan keuangan pribadi yang bijaksana dan berbudaya investasi yang bijaksana, GajiGesa dapat memainkan peran penting dalam membebaskan 10,91 juta penerima pinjaman aktif dalam kelompok usia 19 hingga 34 tahun dari risiko utang yang mengintai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×