Reporter: Bidara Pink | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Indonesia masih akan surplus pada September 2019. Surplus diperkirakan akan berada di kisaran US$ 100 juta.
Menurut Ekonom CORE Yusuf Rendy, meski terjadi surplus pada bulan tersebut, rupanya bukan berarti didorong oleh ekspor yang lebih ekspansif. "Sama seperti bulan sebelumnya, hal ini disebabkan oleh kontraksi impor lebih dalam daripada penurunan kinerja ekspor," ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (13/10).
Yusuf menambahkan, rupanya masih belum ada perbaikan dari kinerja ekspor. Nilai ekspor diprediksi akan sebesar US$ 12,9 miliar atau menurun sebesar 9% (mom). Ini lebih dalam dari penurunan ekspor pada bulan Agustus 2019 yang sebesar 7,6% (mom).
Baca Juga: Tumbuh Melesat, outstanding SMI tembus Rp 58,48 triliun per September 2019
Sementara itu, impor pada bulan September 2019 juga diprediksi akan merosot lebih dalam, yaitu dengan nilai sebesar US$ 12,8 miliar atau menurun sebesar 9,5% (mom), sementara pada bulan sebelumnya penurunan hanya sebesar 8,5% (mom).
Penurunan kinerja ekspor dan impor ini menurut Yusuf adalah pola seasonal. Selain itu, untuk kinerja impor sendiri, ada juga pengaruh dari Prompt Manufacturing Index (PMI) yang menurun pada kuartal III-2019 ini.
"Ketika ada penurunan PMI, industri manufaktur biasanya akan menahan ekspansi dan menekan laju impor," tambah Yusuf.
Baca Juga: Jurus Bupati Pandeglang Irna Narulita mendorong pariwisata selepas tsunami tahun lalu
Untuk selanjutnya, Yusuf memprediksi neraca perdagangan akan kembali defisit pada Oktober 2019, dan defisit akan terus meningkat hingga akhir tahun 2019. Hal ini disebabkan oleh pola tahunan, yaitu peningkatan permintaan barang menjelang Natal dan Tahun Baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News