kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Core: Perang dagang jadi tantangan bagi indeks tendensi bisnis dan konsumen


Senin, 05 Agustus 2019 / 20:31 WIB
Core: Perang dagang jadi tantangan bagi indeks tendensi bisnis dan konsumen


Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Tendensi Bisnis (ITB) dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) di Q2-2019 naik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ITB pada triwulan II sebesar 108,81 dan ITK sebesar 125,68.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menuturkan naiknya ITB dan ITK dipengaruhi oleh adanya penyelenggaraan Pemilu. Pada masa itu, produksi dan konsumsi meningkat sehingga spending Pemerintah juga meningkat.

Baca Juga: BPS proyeksikan indeks tendensi konsumen kuartal tiga turun

Selain pemilu, hal ini juga dipengaruhi oleh dana Bantuan Sosial (Bansos). Realisasi Bansos sudah digenjot oleh pemerintah pada Q1-2019 dan Q2-2019. Pada semester I 2019, dana untuk Bansos sudah digelontorkan sudah lebih dari 70%.

Namun, di Q3-2019, BPS memproyeksikan ITB dan ITK akan turun. ITB akan ada di angka 105,46 dan ITK turun tajam di angka 100,03.

"Saat ini, setelah pemilu lewat, memang akan ada kecenderungan penurunan dari sisi spending. Swasta juga akan mengikuti karena juga tidak ada spending yang terkait dengan pemilu seperti cetak brosur, banner, termasuk peralatan untuk pemungutan suara," kata Faisal pada Kontan.co.id pada Senin (5/8).

Baca Juga: BPS: Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Q2-2019 naik menjadi 125,68

Untuk Bansos sendiri, di Q3-2019 dan Q4-2019 nanti akan menuntaskan realisasi di semester sebelumnya. Sisanya hanya 30%. Itu yang menurut Faisal bisa mengurangi spending pemerintah.

Lalu untuk tantangan bagi ITB dan ITK hingga akhir tahun yang paling besar adalah dari eksternal, yaitu kondisi perang dagang yang mempengaruhi pertumbuhan global. Hal ini juga mempengaruhi bisnis yang melakukan ekspor.

"Bila terjadi perlambatan global, tentu akan mempengaruhi sisi ekspor. Selain permintaan berkurang, harga komoditas juga turun. Kalau harga komoditas turun, ekspektasi pendapatan dari ekspor tentu akan menurun dan itu mempengaruhi ke kondisi dalam negeri," tambah Faisal.

Tidak hanya mempengaruhi kondisi di tingkat eksportir, untuk komoditas-komoditas pun akan mempengaruhi hingga ke tingkat yang lebih bawah. Faisal mengambil contoh komoditas ekspor kelapa sawit, kondisi ini juga akan mempengaruhi hingga petani sawit.




TERBARU

[X]
×