kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -50.000   -2,09%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Celios Soroti Danantara: PSO Tak Tepat Biayai Infrastruktur KCIC


Minggu, 16 November 2025 / 16:27 WIB
Celios Soroti Danantara: PSO Tak Tepat Biayai Infrastruktur KCIC
ILUSTRASI. Kereta Cepat Whoosh


Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana pemerintah melalui Badan Penyelenggara Investasi (BPI) Danantara untuk membantu keuangan PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) melalui skema Public Service Obligation (PSO) menuai kritik. Pasalnya, skema PSO tersebut uniknya diusulkan bukan untuk operasional layanan, melainkan untuk penyelesaian infrastruktur proyek Whoosh.

Direktur Ekonomi Digital Celios, Nailul Huda menegaskan bahwa rencana tersebut tidak sesuai dengan peruntukannya dan berpotensi melanggar aturan. Menurutnya, skema PSO tidak bisa digunakan untuk membiayai pembangunan infrastruktur.

"Penyelenggaraan PSO mengacu pada Pasal 66 UU Nomor 19 tahun 2003 terkait BUMN. Sangat jelas, PSO dimaksudkan untuk penyelenggaraan layanan oleh BUMN, bukan penyelesaian infrastruktur," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (16/11/2025).

Huda menjelaskan, pasal tersebut tidak mengalami perubahan dalam revisi UU terbaru. Jika mengacu pada sektor transportasi, PSO semestinya hanya bisa diberikan untuk layanan kemanfaatan umum, seperti dalam bentuk diskon tiket atau subsidi operasional.

Baca Juga: Rosan: Danantara Akan Bereskan Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh

"Untuk penyelesaian masalah infrastruktur termasuk hutangnya, masuknya dalam Penyertaan Modal Negara (PMN)," tegasnya.

Menurutnya, opsi lain yang seharusnya ditempuh pemerintah adalah menggunakan APBN secara langsung dari kas negara untuk pembangunan infrastruktur. Namun, ia mengingatkan bahwa pemerintah sudah terlanjur memilih skema awal proyek ini secara Business to Business (B2B).

"Namun ini pemerintah sudah kepalang basah dengan skema B2B yang saya rasa harus diselesaikan secara bisnis," imbuhnya.

Oleh karena itu, Huda menilai jika Danantara ingin membantu menyelesaikan utang Whoosh, skema yang lebih pas adalah melalui mekanisme korporasi, bukan memaksakan penggunaan skema PSO yang tidak tepat sasaran. "Pembayaran lewat Danantara (sebagai korporasi) lebih pas," pungkasnya.

Baca Juga: Pemerintah Buka Peluang Whoosh Dapat Subsidi PSO

Sebelumnya, Danantara menegaskan bahwa rencana pemberian PSO untuk kereta cepat Jakarta–Bandung atau Whoosh kemungkinan besar akan difokuskan untuk membiayai infrastruktur proyek tersebut. Bukan untuk biaya operasional sehari-hari yang saat ini dinilai sudah mampu ditopang oleh pendapatan tiket.

Managing Director Stakeholder Management and Communications Danantara, Rohan Hafas, mengatakan pemerintah memang telah menyatakan komitmen untuk hadir dalam penyelesaian pembiayaan proyek Whoosh. Namun, keputusan detail terkait porsi dan mekanisme dukungannya masih dibahas lintas kementerian dan lembaga.

“Bapak Presiden kan sudah bilang itu negara. Intinya itu, tapi detailnya yang mana belum dibicarakan. Negara kan ada Keuangan, ada Danantara. Jadi tunggu waktunya,” ujar Rohan di Wisma Danantara, Jakarta, Jumat (14/11/2025).

Rohan menekankan bahwa PSO kemungkinan besar tidak diarahkan untuk mendanai operasional kereta, melainkan menyasar aspek infrastruktur yang memiliki biaya pembangunan sangat besar dan jangka balik modal yang panjang, bahkan 30 tahun hingga 50 tahun.

“(PSO) kurang lebih infrastrukturnya, bukan pengoperasian kereta-keretanya. Kasarnya tanpa bicara rel, jembatan, membelah gunungnya, Whoosh-nya positif,” kata Rohan.

Baca Juga: Danantara Masih Negosiasi dengan China Terkait Utang Whoosh

Ia menyebutkan bahwa tingkat okupansi penumpang Whoosh berada dalam tren positif dan saat ini penjualan tiket sudah mampu menutup seluruh biaya operasional harian.

“Operasional sudah tertutup sama penjualan tiket. Jadi yang jadi masalah ini kan utang terhadap infrastrukturnya,” tegas Rohan.

Rohan menyampaikan bahwa pembahasan mengenai skema penyelesaian utang infrastruktur Whoosh masih berlangsung. Belum ada kepastian apakah pembayaran akan ditanggung melalui APBN, Danantara, atau skema bersama.

“Turunan seperti apa, detailnya bagaimana jangka waktunya, bagaimana bayarnya, siapa yang bayar, Danantara kah, APBN kah—itu belum,” jelasnya.

Baca Juga: Utang Whoosh Direstrukturisasi 60 Tahun, Celios: Proyek Tak Direncanakan Baik

Selanjutnya: Penjualan ST015 Didominasi Tenor 2 Tahun, Investor Kejar Premi Kupon Lebih Tinggi

Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×