kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cadangan devisa bulan November 2021 diprediksi mengalami penurunan


Selasa, 07 Desember 2021 / 06:20 WIB
Cadangan devisa bulan November 2021 diprediksi mengalami penurunan


Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memperkirakan, cadangan devisa kembali menurun pada bulan November 2021, setelah pada Oktober 2021 mencatat penurunan sebesar US$ 1,4 miliar ke US$ 145,5 miliar. 

Kepala ekonom BCA David Sumual mengatakan, cadangan devisa pada bulan laporan akan turun tipis di kisaran US$ 100 juta hingga US$ 200 juta. 

David menjelaskan, penurunan tipis cadangan devisa ini bak besar pasak daripada tiang. Di satu sisi, memang ada penerimaan yang akan datang antara lain dari penarikan pinjaman dan penerimaan devisa minyak dan gas (migas). 

Akan tetapi, pengeluaran terkait pembayaran Utang Luar Negeri (ULN) diperkirakan lebih besar dari penerimaan tersebut. 

Baca Juga: Arus modal asing hengkang dari pasar keuangan, cadangan devisa diprediksi turun lagi

“Kemungkinan pembayaran ULN lebih besar daripada penerimaan devisa. Karena dari sisi penerimaan, ada penurunan harga minyak,” ujar David kepada Kontan.co.id, Senin (6/12). 

Dengan kondisi tersebut, David pun memperkirakan cadangan devisa hingga akhir tahun bergerak di kisaran US$ 145 miliar hingga US$ 147 miliar. 

Posisi tersebut masih kuat dalam menopang stabilitas eksternal. Ini juga didukung oleh perkembangan harga komoditas yang baik dan likuiditas valuta asing yang masih relatif bagus. 

Terkhusus dalam menjaga nilai tukar rupiah, David masih yakin cadangan devisa bisa menjadi bantalan pertama pergerakan mata uang Garuda. Ia pun memperkirakan, nilai tukar rupiah di akhir tahun ini bergerak di kisaran Rp 14.300 per dollar AS hingga Rp 14.500 per dollar AS. 

Baca Juga: Inilah Strategi Manajer Investasi Jaga Hasil Reksadana Campuran

Akan tetapi, David mengingatkan masih ada hal yang perlu disoroti dan memengaruhi pergerakan nilai cadangan devisa. 

Hal ini berkaitan dengan kemungkinan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunganya di paruh kedua tahun depan. Ini bisa menyebabkan keluarnya arus modal asing dari pasar keuangan dalam negeri. 

Selain menggerus nilai cadangan devisa, ini juga bisa menyebabkan ketidakpastian pergerakan nilai tukar rupiah. 

Selain itu, risiko masih datang dari varian baru Covid-19 yaitu Omicron serta banyak lembaga internasional yang berencana memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun depan, apalagi kalau banyak negara melakukan kuncitara. 

Baca Juga: BI targetkan surplus operasional pada tahun 2022 sebesar Rp 14,12 triliun

Dengan kondisi tersebut, David tetap yakin BI masih bisa menjaga cadangan devisa tetap tambun karena BI memiliki instrumen yang cukup banyak.

Selain itu, penghasilan devisa migas masih mumpuni, sertifikat valas, swap valas, dan bahkan penarikan ULN pemerintah dalam mata uang asing juga akan tercatat ke cadangan devisa. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×