Reporter: Adinda Ade Mustami, Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) akan merilis mekanisme penentuan suku bunga baru bernama Indonia pekan depan. Meski dirilis pekan depan, Indonia nantinya akan menggantikan suku bunga satu malam (overnight) dalam Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR).
Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, meski Indonia sudah meluncur pekan depan, BI masih akan mempertahankan JIBOR overnight hingga Desember 2018. "JIBOR 7 hari, 1, 3, 6, 12 bulan masih akan jalan," ujarnya, Selasa (24/4).
Ini sekaligus menjadi masa transisi sebelum Indonia benar-benar bisa menggantikan JIBOR. Yakni saat Indonia mampu membentuk market benchmark baru berbasis transaksi Overnight Index Swap (OIS) untuk tenor 7 hari ke atas.
Suku bunga Indonia kelak akan menghasilkan data riil transaksi overnight lantaran ini merupakan hasil transaksi seluruh bank, yakni mulai 08.00 WIB hingga jam 18.00.
Bank sentral akan mengumpulkan data transaksi itu dalam Laporan Harian Bank Umum (LHBU). Dan, pada pukul 19.00 WIB, bank sentral akan mengumumkan rata-rata transaksi tertimbang semua bank itu. Dengan pola ini, "Suku bunga overnight di Indonesia akan berbasis data riil,".
Ini berbeda dengan sistem bunga saat ini yang berbasis JIBOR. Selama ini, JIBOR berdasarkan quatitation beberapa bank saja, sehingga tak mencerminkan suku bunga overnight riil. Contohnya, bunga overnight Selasa (24/7) di level 5%. BI memang menjaga level bunga overnight tersebut di level dekat dengan policy rate yang saat ini 5,25%. Pasalnya, "Kalau terlalu jauh akan menimbulkan ketidakpastian di market,"ujarnya.
Harapan BI, karena kelak Indonia adalah bunga riil transaksi, bank bisa menggunkannya sebagai benchmark untuk bunga untuk kredit (lending), bunga deposito, termasuk menentukan premi swap. Sebab, BI butuh benchmark market rate satu bulan dan tiga bulan.
Jika suku bunga Indonia kelak mampu membentuk overnight index swap (OIS), kata Nanang, pasar juga akan memiliki instrumen hedging yang baru berupa Interest Rate Swap (IRS).
Menarik bagi investor
Ekonom Bank BCA David Sumual menilai, Indonia akan menarik minat investor karena mencerminkan bunga pasar sebenarnya. Toh, ini juga menjadi best practice di negara lain.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, dengan Indonia, tingkat suku bunga pasar uang antarbank (PUAB) akan lebih kredibel sekaligus mencerminkan kondisi pasar sesungguhnya. Sebab, perhitungan bunga atas dasar transaksi, bukan kuotasi.
Ini akan memperdalam transaksi derivatif atau lindung nilai lantaran selama ini preminya mengacu JIBOR. "Kalau JIBOR tidak transparan, perhitungan premi transaksi lindung nilai tidak efisien," katanya.
Hitungan premi transaksi lindung nilai yang tak efisien membuat korporasi suka beli dollar di pasar spot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News