Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Volatilitas mata uang rupiah relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Meski demikian, tantangan masih menyelimuti Indonesia dari segi global maupun domestik.
Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro dalam laporannya yang dikutip Kontan.co.id, Rabu (25/7) mencatat, volatilitas rupiah berdasarkan data 11 Juli 2018 sebesar 3,74% selama 360 hari. Sementara itu, mata uang lainnya seperti yuan, rupee, ruble Rusia, dan real Brasil volatilitasnya masing-masing sebesar 4,36%, 4,58%, 11,99%, dan 14,73%.
Tantangan di negara berkembang, menurut Andry adalah perang perdagangan AS-China yang akan mempengaruhi pertumbuhan negara-negara berkembang, mempengaruhi harga komoditas, dan pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan PDB Indonesia.
“Adapun, kebijakan The Fed untuk benchmark mereka, prospek kebijakan moneter G3 yang akan berpengaruh ke negara berkembang, dan potensi efek tumpahan dari ekonomi Turki dan Venezuela,” tulis Andry.
Di sisi lain, ada pula tantangan dari segi domestik yakni melebarnya current account deficit (CAD), kebijakan BI yang front loading, harga komoditas yang flat atau naiknya terbatas. Ekonomi Indonesia juga akan terpengaruh oleh faktor politik dan konsumsi rumah tangga yang saling berkorelasi.
Meski demikian, Andry menuturkan, pertumbuhan ekonomi akan meningkat secara bertahap di tahun-tahun mendatang meski BI akan mengetatkan suku bunga lebih agresif untuk menstabilkan volatilitas rupiah.
Sepanjang tahun ini, Andry memproyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3%, tahun 2019 sebesar 5,5%, dan tahun 2020 sebesar 5,7%. Hal ini diikuti dengan inflasi yang diproyeksi tetap stabil pada tahun ini sebesar 3,6%, tahun 2019 sebesar 3,9%, dan tahun 2020 sebesar 3,7%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News