kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bunga acuan BI naik juga untuk menurunkan defisit transaksi berjalan


Rabu, 15 Agustus 2018 / 16:03 WIB
Bunga acuan BI naik juga untuk menurunkan defisit transaksi berjalan
Pemaparan hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,5%. Selain untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik, kenaikan suku bunga ini juga untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dalam batas yang aman.

Maklum, defisit transaksi berjalan Indonesia makin membesar. Per kuartal II 2018, CAD  tercatat sebesar US$ 8 miliar atau 3% dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,2% dari PDB.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, BI dan pemerintah sepakat untuk menurunkan CAD ke tingkat yang lebih rendah dari 3% PDB. Bahkan bisa lebih jauh rendah dari 3% PDB.

“Apa yang dimaksud batas aman CAD? Kalau situasi keuangan global normal, CAD yang di bawah 3% masih aman. Tetapi di tengah ketidakpastian ini, BI dan pemerintah sepakat menurunkan CAD ke tingkat yang lebih rendah lagi,” ujar Perry di Gedung BI Thamrin, Jakarta, Rabu (14/8).

Ia melanjutkan, cara menurunkan CAD sendiri ada dua, yakni dari sisi permintaan dan penawaran. Dari penawaran, kebijakan yang sudah direncanakan adalah kenaikan pajak impor dari Kementerian Keuangan.

“Dari sisi permintaan perlu dikendalikan. Kami menaikkan bunga acuan adalah bagian juga mengendalikan permintaan sehingga menurunkan CAD. Demikian juga dari penawaran. Sektor riilnya juga perlu dikendalikan,” kata Perry.

Lantas bagaimana mengendalikan sektor riilnya? "Presiden punya komitmen mendorong ekspor dan menurunkan impor, yakni dengan program B20. Ini tidak hanya mengurangi impor minyak tetapi juga mendorong ekspor minyak sawit mentah (CPO). Lalu penundaan proyek-proyek pemerintah yang kandungan impornya tinggi,” lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×