Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia tengah menghadapi peningkatan harga (inflasi) pangan. Bank Indonesia (BI) menyebut, ini bukan berarti Indonesia tengah mengalami krisis pangan. Pasalnya, peningkatan inflasi pangan memang bukan karena kekurangan pangan.
“Kita ini tidak krisis pangan, kok. Penyebab inflasi pangan adalah tidak meratanya suplai pangan. Jadi, ada daerah yang mengalami defisit komoditas tertentu, tetapi sebaliknya ada yang mengalami surplus,” tutur Direktur Eksekutif, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Solikin M. Juhro dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia: Normalisasi Kebijakan Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia, Rabu (7/9).
Nah, untuk mengupayakan suplai pangan yang memadai, BI pun bekerja sama dengan pemerintah untuk menggalakkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan. Selain itu, Bi juga meminta pemerintah daerah untuk menggunakan dana tidak terduga yang dimiliki.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Belum Kuat, Ini yang akan Dilakukan BI
Setali tiga uang, BI juga berusaha untuk mengatur inflasi dari sisi permintaan (demand) lewat berbagai instrumen yang ada. Apalagi, mengingat progres pemulihan ekonomi ini diikuti dengan peningkatan permintaan.
Salah satu instrumen yang digunakan oleh BI adalah dengan menaikkan suku bunga acuan. Pada Agustus 2022 kemarin, BI menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) sebagai langkah pre emptive dan forward looking untuk menjangkar inflasi dan ekspektasi inflasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News