Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Transformasi menuju sistem ekonomi sirkular alias circular economy adalah keharusan untuk menyelamatkan Indonesia dan dunia dari kerusakan lingkungan. Tak hanya dari segi kelestarian, praktik ekonomi sirkular berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) hingga lebih dari Rp 642 triliun.
"Kami berharap, semakin banyak masyarakat yang benar-benar menjalankan hal sederhana dari keberlanjutan mulai dari diri sendiri, di komunitas, di pekerjaan dan kepada lingkungan,” imbuh Founder dan Direktur Socialimpact.id, Rio Zakarias Widyandaru, dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (7/8)
Direktur Eksekutif Forum TJSL, Kementerian BUMN, Arimbhawa Yasa mencatat bahwa hasil Impact Talks on Stage kali ini sejalan dengan upaya menciptakan ekosistem ekonomi sirkular. “Kegiatan yang dikemas secara kreatif ini harus kita dukung sebagai salah satu cara untuk menyosialisasikan perlunya pembentukan ekonomi sirkular yang berkelanjutan untuk generasi masa depan Indonesia,” ungkap Yasa.
Dikutip dari Circularity Gap Report, 2023, Ketua Tim Penyusunan Peta Jalan dan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular dan Sustainability Management Consultant, Maria Dian Nurani memaparkan, kondisi bumi yang saat ini tidak baik-baik saja karena selama beberapa dekade yang telah lewat kita tidak menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Sebanyak 70% gas rumah kaca (GRK) global yang memanaskan iklim dunia sekarang, berasal dari aktivitas penanganan dan penggunaan material, termasuk ekstraksi sumber daya alam, pengolahan dan manufaktur, transportasi, serta penggunaan produk.
Baca Juga: KLHK Targetkan Tak Ada Pembangunan Tempat Pembuangan Akhir Baru pada Tahun 2030
Maria mengatakan, penerapan ekonomi sirkular yang konsisten berpotensi meningkatkan produk domestik bruto (PDB) lebih dari Rp 642 triliun. Peningkatan itu berasal dari sumber daya yang selama ini terbuang, kapasitas terbuang dan siklus hidup yang terbuang.
Praktik ekonomi sirkular pada dasarnya memiliki tiga prinsip. Pertama, melestarikan dan meningkatkan modal alam dengan mengontrol persediaan yang terbatas dan menyeimbangkan aliran sumber daya terbarukan.
Kedua, mengoptimalkan hasil sumber daya dengan sirkulasi produk, komponen, dan material terpakai pada tingkat tertinggi pemakaian di setiap waktu, baik dalam siklus teknis maupun biologis. Dan terakhir, meningkatkan efektivitas sistem dengan mendesain sistem agar eksternalitas negatif hilang.
Di Indonesia, ekonomi sirkular diterapkan pada lima prioritas yaitu pangan, elektronik, kemasan plastik, konstruksi, dan tekstil. Sebagai salah satu strategi untuk mewujudkan ekonomi hijau, ekonomi sirkular mendorong penerapan 9R, yakni refuse, rethink, reduce, reuse, repair, refurbish, remanufacture, repurpose, dan recycle yang mencakup intervensi di seluruh rantai nilai.
“Yang jelas, circular economy bukan sekadar daur ulang dan penanganan sampah. Di sana juga ada konsep efisiensi sumber daya baik yang terbarukan maupun tidak, pemanfaatan sumber daya, barang kapasitas dan daur hidup yang terbuang, serta digerakkan dalam sistem ekonomi yang melibatkan semua pihak,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News