kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

BTN: Suku bunga BI tetap di 4,25% hingga awal 2018


Rabu, 04 Oktober 2017 / 14:32 WIB
BTN: Suku bunga BI tetap di 4,25% hingga awal 2018


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Bank Tabungan Negara (BTN) merilis riset mengenai outlook terkini mengenai suku bunga acuan, Rabu (4/10). Riset tersebut memulainya dengan menjabarkan tingkat inflasi yang pada akhirnya mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI).

Winang Budoyo, Chief Economist BTN menguraikan, sesuai prediksi, tingkat inflasi September 2017 mengalami kenaikan month on month (mom) sebesar 0,13%. Sebelumnya, pada Agustus, terjadi deflasi sebesar 0,07%. Berdasarkan data BPS, pada September, semua sektor mengalami kenaikan harga kecuali sektor bahan makanan yang turun 0,53% mom.

"Pada dasarnya pola inflasi bulanan September 2017 sama dengan September 2016, dengan perbedaan magnitude pada sektor bahan makanan, sandang, dan pendidikan. Harga beras dan cabai merah sebenarnya sudah meningkat. Namun penurunan harga bumbu-bumbuan menekan harga-harga sektor makanan sehingga mengalami deflasi
yang lebih besar daripada bulan September 2016," jelas Winang dalam riset yang diterima Kontan.co.id.

Selain itu, dia menambahkan, kenaikan harga di sektor sandang terutama didorong oleh naiknya harga emas perhiasan. Sementara pengeluaran rumah tangga untuk biaya sekolah dari tingkat SD sampai dengan kuliah menjadi pendorong utama kenaikan harga di sektor pendidikan.

Jika dilihat dari jenis inflasi, terlihat bahwa inflasi volatile (yang dipengaruhi harga makanan) yang menahan kenaikan inflasi inti dan inflasi administered sehingga inflasi umum hanya meningkat sebesar 0,13% mom di September 2017. Akibatnya inflasi umum September 2017 lebih rendah dari bulan yang sama tahun 2016 sebesar 0,22% mom.

Bicara mengenai perkembangan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dan nilai riilnya berdasarkan inflasi inti, Winang menjelaskan bahwa kebijakan suku bunga BI diambil berdasarkan data infasi inti, bukan Inflasi Umum. "Terlihat bahwa suku bunga acuan BI riil justru naik menjadi 3,63% di bulan Januari 2016 ketika BI menurunkan suku bunga acuannya menjadi 7,25%. Namun setelah itu suku bunga acuan BI riil terus mengalami penurunan seiring dengan turunnya inflasi inti dan akhirnya mencapai level 1,25%, yang merupakan level terendahnya sejak November 2012," urainya.

Dia menambahkan, dengan suku bunga acuan riil yang semakin menipis, tentunya semakin sempit ruang bagi BI untuk dapat terus menurunkan suku bunga acuannya. Apalagi bisa melihat kondisi ekonomi global yang kembali bergejolak sebagai akibat ekspektasi membaiknya ekonomi Amerika Serikat (AS).

Gejolak tersebut dapat dilihat dari pergerakan rupiah dengan pergerakan indeks dollar AS (USD). Dari awal 2015 hingga akhir 2016, pergerakan rupiah berjalan beriringan dengan indeks USD. "Memasuki 2017, ketika indeks USD mengalami pelemahan yang seharusnya diikuti dengan penguatan rupiah, ternyata rupiah bergerak stabil pada level Rp 13.332 per USD untuk periode Januari-September," urainya.

Hasil riset juga menunjukkan, rupiah sempat menguat ke level Rp 13.156 per USD pada minggu pertama September 2017, namun kemudian melemah seiring dengan menguatnya dollar AS. Pada akhir September 2017, dollar AS mendapatkan momentum penguatan dari hasil pertemuan the
Fed yang menegaskan akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada bulan Desember 2017. Dollar juga mendapatkan tenaga dari pengumuman tax plan President Donald Trump.

Akibatnya, rupiah melemah dah menembus level Rp 13.500 per USD. Tren penguatan dollar AS tampaknya akan terus berlanjut seiring dengan semakin tingginya ekspektasi perbaikan ekonomi AS.

"Karena itulah, kami melihat faktor global akan kembali menjadi pertimbangan BI dalam mengambil kebijakan moneter, khususnya kebijakan suku bunga, dalam bulan-bulan mendatang. Sehingga kami perkirakan bahwa suku bunga acuan BI sudah mencapai level terendah pada 4,25% untuk kemudian dipertahankan pada level ini sampai dengan semester 1 tahun 2018," analisa Winang.

Winang juga menambahkan, upaya mendorong pertumbuhan kredit dan pertumbuhan ekonomi nasional dapat dilakukan BI melalui kebijakan non suku bunga seperti kebijakan LTV spasial yang dalam waktu dekat akan diumumkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×