Reporter: Adi Wikanto, Titis Nurdiana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID. JAKARTA. Berita duka keluarga Ciputra, Chairman dan founder Ciputra Group. Dalam pesan singkat yang tiba di redaksi Kontan, Ciputra meninggal dunia di Singapura pada 27 November 2019 pukul 01.05 waktu setempat.
"Telah meninggal dunia dengan tenang, Bapak Ir Ciputra, Chairman dan Founder Ciputra Group di Singapore pada tgl 27 November 2019 pk 1:05 waktu Singapore. Kami keluarga besar Ciputra Group mengucapkan turut berduka yang mendalam dan mendoakan semoga Keluarga yg ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan menghadapi kedukaan ini," demikian pesan singkat dari Rina Ciputra Sastrawinata, yang merupakan anak pertama Ciputra.
Jadwal pemakaman akan diberitahukan lebih lanjut setelah jenazah Ciputra tiba di Jakarta.
Baca Juga: Mengenang Ciputra, pemilik harta Rp 18,2 triliun yang tak pelit membagi ilmu
Untuk mengenang sosok Ciputra, berikut biografi singkatnya.
Ciputra bersekolah di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas Frater Don Bosco di Manado. Setamatnya dari Sekolah Menengah Atas, ia meninggalkan desanya menuju Jawa. Ia kemudian kuliah di Institut Teknologi Bandung. Pada tingkat empat, ia bersama Budi Brasali dan Ismail Sofyan mendirikan usaha konsultan arsitektur bangunan yang berkantor di sebuah garasi. Baru kemudian setelah Ciputra meraih gelar insinyur pada tahun 1960, ia pindah ke Jakarta.
Ciputra mengawali karirnya di Jaya Group, perusahaan daerah milik Pemda DKI, setelah dia menamatkan kuliahnya di ITB. Di perusahaan properti ini, dia berhasil meniti karir hingga menjabat sebagai direksi sampai usia 65 tahun, dan setelah itu sebagai penasihat. Di perusahaan tersebut, Ciputra diberi kebebasan untuk berinovasi, termasuk di antaranya dalam pembangunan proyek Ancol.
Kemudian bersama dengan Sudono Salim (Liem Soe Liong), Sudwikatmono, Budi Brasali dan Ibrahim Risjad, Ciputra mendirikan Metropolitan Group, yang membangun perumahan mewah Pondok Indah dan Kota Mandiri Bumi Serpong Damai. Pada masa itu, Ciputra duduk sebagai direktur utama di Jaya Group dan di Metropolitan Group sebagai presiden komisaris. Akhirnya Ciputra mendirikan grup perusahaan keluarga, Ciputra Group.
Sebagai pengusaha, Ciputra pernah mengalami kondisi pasang-surut dalam bisnis properti. Apalagi, bisnis real estate ini butuh modal tidak sedikit. Untuk menjalankan sebuah proyek, Ciputra mengaku harus meminjam modal dari banyak bank.
"Tidak mungkin menggunakan modal sendiri," kata Ciputra.
Baca Juga: Ciputra Residence yakin target marketing sales Citra Maja Raya bakal tercapai
Setelah sukses menyelesaikan pembangunan Taman Rekreasi Jaya Ancol, kehebatan ciputra dalam dunia properti semakin diakui. Tak ayal, ia lantas dipercaya untuk menggarap beberapa proyek. Salah satu proyek yang sempat diragukan banyak orang adalah Perumahan Bintaro Jaya.
Mereka pesimistis lantaran lahan yang hendak dipakai adalah hasil patungan Metropolitan Development dan Jaya Obayashi, perusahaan dari Jepang. Padahal, belakangan, Jaya Obayashi dihinggapi banyak masalah.
Di negeri asalnya, Obayashi tersandung masalah yang menjadikan proyek Bintaro Jaya terkatung-katung. "Saat itu, semua jajaran direksi Metropolitan Development juga berkeinginan untuk menghentikan proyek itu," kata Ciputra.
Baca Juga: Ciputra yakin bisa jual Rp 100 miliar di proyek Citraraya City Jambi
Namun berbekal naluri pengusaha, ciputra menggunakan haknya sebagai Direksi Utama untuk meneruskan proyek tersebut. Sekitar 1980-an, Ciputra berhasil menyelesaikan 200 unit rumah pertama di Bintaro Jaya. Hingga kini proyek itu ternyata berlanjut.
Keberhasilan itu terus mengawali kesuksesan perjalanan ciputra sebagai pengembang. Sampai pada akhirnya, ia mampu mendirikan kelompok usaha yang kelima, ciputra Development (CD), pada awal 1990.
Grup usaha ini berawal dari PT Citra Habitat Indonesia, yang seluruh sahamnya ia akuisisi dan namanya diubah menjadi CD. ciputra menjadi direktur utama dan memasukkan anak dan menantunya dalam jajaran direksi. Perkembangan CD terus meningkat.
Baca Juga: Rilis tipe rumah baru, Citraland bidik milenial bergaji mulai Rp 6 juta
Pada Maret 1994, CD sebagai usaha yang paling muda malah sudah berani go public di pasar modal. Di sekitar tahun itu juga, ciputra mulai ekspansi di bidang properti ke Vietnam.
Namun, hari tidak selamanya cerah. Saat krisis moneter melanda Indonesia pada 1997, Ciputra juga kena imbas. Saat itu mungkin menjadi tahun yang kelam bagi semua konglomerat di tanah air, termasuk Ciputra. Orang tentu masih ingat adanya penarikan dana secara tiba-tiba dalam jumlah yang besar oleh para investor asing yang didorong pesimisme prospek perekonomian regional di Asia Tenggara yang memburuk. Selain itu, mata uang rupiah yang melemah secara drastis karena aksi beli dolar juga membuat perekonomian kian terpuruk.
Baca Juga: Milenial dibanjiri tawaran rumah mulai Rp 100 juta di REI Mandiri Expo
Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan ekonomi 1997 merosot menjadi 4,91%. Bahkan pada triwulan III tahun 1998 pertumbuhannya minus 17,13%, turun drastis dari rata-rata pertumbuhan tiga tahun terakhir sebesar 7,9%. Tidak sedikit konglomerat Indonesia yang tidak bisa tidur nyenyak saat itu.
Bahkan, banyak pula konglomerat melarikan diri ke luar negeri dan meninggalkan utang-utangnya. Namun, ciputra tetap tinggal di Indonesia dan menunjukkan integritas pribadinya dalam menghadapi badai ekonomi.
"Saya percaya krisis bisa dilewati meskipun harus mempertaruhkan semua bisnis yang dibangun sejak 1960," katanya.
Berbagai strategi ditempuhnya untuk mempertahankan bisnisnya. Di antaranya, dengan merestrukturisasi pinjaman dengan tanpa memunculkan kontroversi. Cara itu terbukti ampuh untuk melewati badai krisis tersebut.
Baca Juga: Bidik karyawan, CitraLand Puri Serang rilis tipe rumah anyar, cermati harganya
Pada 2004, kelompok bisnis yang ia dirikan, Pembangunan Jaya, Metropolitan, dan Group Citra tetap kokoh berdiri. Bahkan, tujuh tahun paska krisis moneter, omsetnya sudah meningkat dua kali lipat dari nilai sebelum krisis.
"Waktu itu sudah mencapai Rp 5 triliun," katanya.
Ia berharap, dalam 1-2 tahun mendatang, nilainya bisa mencapai Rp 10 triliun.
MENGENANG CIPUTRA, sosok inspiratif yang memulai usaha dari garasi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News