Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 mungkin melambat bila dibandingkan dengan outlook pertumbuhan tahun 2023.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi global 2024 akan berada di kisaran 2,8% yoy, lebih rendah dari outlook 2,9% yoy pada 2023.
Salah satu yang mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan adalah konflik geopolitik.
“Konflik geopolitik ini tdiak pasti dan membuat fragmentasi. Bukan hanya soal geopolitik, tetapi meluas ke fragmentasi ekonomi,” terang Perry dalam AMRO Forum 2023, Selasa (5/12).
Selain itu, Perry melihat ada lima dinamika global yang menimbulkan risiko pertumbuhan ekonomi dunia.
Pertama, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan divergensi yang tinggi.
Baca Juga: BI - Pemerintah Sepakati 8 Langkah Strategis Pengembangan Pariwisata RI
Prospek beberapa negara yang menjadi kunci pertumbuhan global tampak berbeda. Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menorehkan kinerja ekonomi yang manis. Namun, China akan melambat.
Sedangkan dari negara berkembang, Perry optimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik.
Kedua, penurunan inflasi yang lambat, walaupun pengetatan moneter agresif diterapkan di negara maju. Perry melihat baik harga pangan dan global masih bandel. Plus ada keketatan pasar tenaga kerja.
Ketiga, tren suku bunga tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Ia mengambil contoh, suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih akan tinggi dan imbal hasil surat utang pemerintah AS terus naik karena membengkaknya utang pemerintah Paman Sam.
Keempat, dolar AS masih kuat yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar di seluruh dunia, termasuk Rupiah.
Kelima, kecenderungan investor memegang tunai (cash is the king). Pelarian modal dalam jumlah besar masih akan terlihat dari negara berkembang ke negara maju.
Baca Juga: Semester I-2023, BPK Ungkap 9.261 Temuan Senilai Rp 18,19 Triliun
“Sebagian besar akan lari ke Amerika Serikat, karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar AS,” tutur Perry.
Dengan demikian, Perry memandang pentingnya negara-negara di dunia, khususnya di kawasan ASEAN+3 untuk memperkuat kebijakan untuk menjaga ketahanan ekonomi regional maupun negara masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News