kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Bos BI Ungkap Momok Perekonomian Global 2024


Selasa, 05 Desember 2023 / 12:40 WIB
Bos BI Ungkap Momok Perekonomian Global 2024
ILUSTRASI. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 mungkin melambat bila dibandingkan dengan outlook pertumbuhan tahun 2023.


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi global tahun 2024 mungkin melambat bila dibandingkan dengan outlook pertumbuhan tahun 2023. 

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi global 2024 akan berada di kisaran 2,8% yoy, lebih rendah dari outlook 2,9% yoy pada 2023. 

Salah satu yang mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi global pada tahun depan adalah konflik geopolitik. 

“Konflik geopolitik ini tdiak pasti dan membuat fragmentasi. Bukan hanya soal geopolitik, tetapi meluas ke fragmentasi ekonomi,” terang Perry dalam AMRO Forum 2023, Selasa (5/12). 

Selain itu, Perry melihat ada lima dinamika global yang menimbulkan risiko pertumbuhan ekonomi dunia. 

Pertama, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan divergensi yang tinggi. 

Baca Juga: BI - Pemerintah Sepakati 8 Langkah Strategis Pengembangan Pariwisata RI

Prospek beberapa negara yang menjadi kunci pertumbuhan global tampak berbeda. Amerika Serikat (AS) tampaknya akan menorehkan kinerja ekonomi yang manis. Namun, China akan melambat. 

Sedangkan dari negara berkembang, Perry optimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang membaik. 

Kedua, penurunan inflasi yang lambat, walaupun pengetatan moneter agresif diterapkan di negara maju. Perry melihat baik harga pangan dan global masih bandel. Plus ada keketatan pasar tenaga kerja.

Ketiga, tren suku bunga tinggi dalam beberapa waktu ke depan. Ia mengambil contoh, suku bunga bank sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih akan tinggi dan imbal hasil surat utang pemerintah AS terus naik karena membengkaknya utang pemerintah Paman Sam. 

Keempat, dolar AS masih kuat yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar di seluruh dunia, termasuk Rupiah. 

Kelima, kecenderungan investor memegang tunai (cash is the king). Pelarian modal dalam jumlah besar masih akan terlihat dari negara berkembang ke negara maju. 

Baca Juga: Semester I-2023, BPK Ungkap 9.261 Temuan Senilai Rp 18,19 Triliun

“Sebagian besar akan lari ke Amerika Serikat, karena tingginya suku bunga dan kuatnya dolar AS,” tutur Perry. 

Dengan demikian, Perry memandang pentingnya negara-negara di dunia, khususnya di kawasan ASEAN+3 untuk memperkuat kebijakan untuk menjaga ketahanan ekonomi regional maupun negara masing-masing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×