JAKARTA. Indonesia sangat berharap stimulus fiskal yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) berhasil. Pemberian stimulus fiskal diharapkan mampu membuat likuiditas keuangan global menjadi longgar.
Gubernur Bank Indonesia Boediono mengatakan stimulus yang akan dikucurkan oleh AS sebesar US$ 825 miliar akan berefek sangat baik bagi Indonesia. Kebijakan itu akan membuat aliran dana kembali normal ke semua negara termasuk Indonesia. "Itu yang terbaik bagi kita semua," kata Budiono di Jakarta, Jumat (30/1).
Ia menambahkan, selain pemberian stimulus, langkah-langkah ekstra untuk memperbaiki masalah sektor finansial AS juga diperlukan. Menurut Boediono, saat ini Amerika sedang mengarah kepada bad bank. Konsep di mana aset yang buruk akan diambil dari bank dan ditaruh di suatu tempat yang namanya bad bank tersebut.
"Bank yang tersisa yang memiliki aset bagus inilah yang diharapkan akan menggulirkan likuiditasnya kembali," katanya. Selain itu, ia memperkirakan The Fed saat ini sudah mencapai batas untuk menurunkan suku bunganya lagi karena sudah mendekati nol. Sehingga yang bisa lakukan adalah mempersiapkan secara kuantitatif jumlahnya, bukan harganya lagi.
Indonesia berharap hal ini melonggarkan ketatnya kredit global. Kalau itu bisa maka dalam waktu-waktu yang tidak terlalu lama semuanya menjadi longgar dan arus dana juga mendekat makin normal lagi. Namun Boediono tidak mau menanggapi apakah penurunan ini akan diikuti oleh penurunan suku bunga BI lagi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini muncul interaksi antara Bank Central dengan departemen keuangan di seluruh dunia kepada bidang yang sangat tidak konvensional. "The Fed bahkan sudah akan mulai membeli langsung Treasury Note, termasuk langsung masuk ke perbankan," katanya.
Ia berharap krisis dunia kali ini akan membawa pelajaran bagi Indonesia bagaimana menjalin kerjasama antara Departemen Keuangan dengan Bank Indonesia. "Jika kondisi normal maka kita bisa memikirkan untuk tidak saling berinteraksi dan terlalu dekat. Namun dalam kondisi seperti ini, kita sangat paham bahwa hubungan antara BI dan Depkeu harus sangat dekat, tapi kita harus menjaga independensi," katanya.
Namun menurutnya, independensi secara total tidak akan bisa dilakukan kalau kita menghadapi tantangan bersama di mana tujuan mengelola stabilitas dan perekonomian jauh lebih penting dari pada ego masing-masing instansi.
Untuk itu harus tercipta hubungan yang saling percaya, mengisi dan menghormati dan menjaga karena Depkeu dan BI adalah dua instansi tulang punggung perekonomian Indonesia.