Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Amal Ihsan
JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memperkirakan frekuensi bencana alam yang terjadi tahun ini akan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Menurut Kepala BNPB Syamsul Maarif, ini karena pengaruh cuaca ekstrim.
"Frekuensinya semakin sering. Jadi kalau kita dulu bilang siklus ada 25 tahunan, siklus 20 tahunan, itu tidak relevan lagi," kata Syamsul di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jakarta, Selasa (26/3).
Syamsul bilang, berdasarkan hasil kajian para ahli, kini siklus bencana alam sudah tidak dapat ditebak lagi. Karena itu, masyarakat harus siap menghadapi potensi bencana yang akan terjadi.
Ia mencontohkan, beberapa bencana yang akan terjadi di musim hujan adalah longsor dan banjir. Adapun di musim kemarau, bencana yang bakal terjadi adalah kekeringan dan kebakaran. "Untuk tanah longsor masih akan terjadi, kalau yang rawan Jawa sebelah selatan," ujarnya.
Tak hanya itu, ia pun mengingatkan agar masyarakat tidak melakukan penebangan hutan dan membuang putung rokok sembarangan. Sebab kalau itu dilakukan, dengan potensi kekeringan di beberapa wilayah indonesia, akan sangat mundah memicu kebakaran hutan.
Sementara itu, untuk tahun anggaran 2013, BNPB sudah menyiapkan anggaran dana tanggap bencana sebesar Rp 1 triliun. Anggaran yang penggunaannya telah disetujui DPR itu rencananya akan digunakan sebesar Rp 500 miliar untuk penganganan banjir dan longsor, Rp 250 miliar untuk kekeringan dan angin puting beliung serta sebesar Rp 250 miliar untuk kebakaran lahan dan hutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News