Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengakui Indonesia memiliki tingkat kesiapan yang rendah dalam menghadapi bencana.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, bencana adalah keniscayaan dan akan terus meningkat di masa mendatang. "Tapi diakui, kita memang belum siap menghadapi bencana," kata Sutopo, dalam keterangan resmi, Senin, (17/2).
Berdasarkan penelitian BNPB tentang kesiapsiagaan masyarakat Indonesia menghadapi bencana pada tahun 2006, 2012 dan 2013, hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan pemda dalam menghadapi bencana masih rendah. "Memang terjadi peningkatan pengetahuan dan pemahaman bencana. Tetapi belum menjadi perilaku (attidude) dan praktik atau budaya. Di Pemda pun, sebagian besar penanggulangan bencana juga belum banyak menjadi prioritas," ujar Sutopo.
Akibatnya bencana tidak menjadi prioritas dalam pembangunan kapasitas penanggulangan bencana di daerah. Indikator ini tercermin dari alokasi dana untuk penanggulangan bencana yang rata-rata kurang dari 0,5% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Berdasarkan data BNPB tentang peristiwa bencana sejak 1 Januari 2014 hingga 16 Februari 2014, tercatat 282 kejadian. Dampaknya 197 orang tewas, 64 luka-luka, 1,6 juta jiwa mengungsi dan menderita, puluhan ribu rumah rusak dan lainnya. Dampak ekonomi juga sangat besar. Perkiraan awal kerugian dan kerusakan akibat bencana banjir bandang Sulut Rp 1,87 triliun, erupsi Gunung Sinabung Rp 1 triliun, banjir Pantura Rp 6 triliun, banjir Jakarta Rp 5 triliun dan lainnya. "Belum lagi bencana lainnya selama 2014 ini," imbuh Sutopo.
Mendatang, BNPB berharap bencana menjadi urusan bersama serta melibatkan sinergi antara Pemerintah Pusat dan Pemda. Pengurangan risiko bencana harus dijadikan prioritas serta menjadi bagian dari investasi pembangunan. "Bencana tidak bisa kita tolak tapi risikonya kita kurangi. Di Amerika, US$ 1 untuk kegiatan pengurangan bencana mampu mengurangi kerugian US$ 7 . Di Eropa, US$ 1 mengurangi US$ 10- US$ 40. Di Indonesia mungkin lebih besar manfaatnya dibandingkan dengan negara lain karena kita punya kapital sosial yang besar di masyarakat," pungkas Sutopo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News