Reporter: Syarifah Nur Aida | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Meski berbagai penelitian akademis membuktikan daya saing tenaga kerja Indonesia di berbagai faktor menurun, namun Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengaku belum menemukan kecocokan penelitan dengan kondisi sesungguhnya.
"Persoalannya tidak semata berangkat dari tingkat praktis pengusaha sama dengan pendekatan akademik," ujarnya di Gedung Pakarti, Jakarta Pusat, Kamis (27/2).
Mahendra memastikan, telah terjadi anomali antara kondisi tenaga kerja Indonesia dengan minat investor. Investasi yang masuk ke Indonesia jumlahnya berkali lipat dibanding jumlah di negara tetangga.
Sebagai contoh, investasi Jepang naik hingga 50%. Sektor otomotif Indonesia yang tak kompetitif, kenaikan investasinya bahkan melonjak 10 kali lipat di 2013, senilai us$ 3,7 miliar. Ini membuktikan bahwa Indonesia masih dilirik investor.
"Japan Bank Investment Corp bahkan menempatkan Indonesia di peringkat kesatu negara tujuan investor Jepang," ujar Mahendra.
Meski biasanya hanya menduduki posisi di bawah urutan kedelapan, dua tahun terakhir Indonesia merangsek naik bahkan hingga posisi pertama, mengalahkan India, Thailand, dan Cina yang berturut-turut berada di posisi kedua, ketiga, dan keempat.
Pada 2014, sektor manufaktur masih menjadi unggulan dalam investasi karena beberapa faktor, di antaranya segi konsumsi masyarakat Indonesia memang berada di sektor tersebut. Selain itu, manufaktur digadang mampu menciptakan lapangan kerja yang lebih besar.
Iklim investasi terkait pemilihan umum calon legislatif dan presiden di tahun ini, menurut Mahendra, tak berdampak negatif bagi investor. Sampai saat ini, investor yang mengajukan investasi di dalam 'pipeline' masih tetap tinggi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News