Reporter: Siti Masitoh | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menyatakan ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga di tengah pandemi Covid-19 yang telah berlangsung hampir dua tahun. Febrio menyebutkan stabilitas ketahanan eksternal Indonesia ini salah satunya ditopang oleh Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan ketiga 2021 yang surplus US$ 10,7 miliar atau 1,49% terhadap PDB.
“Surplus ini menunjukkan ketahanan eksternal Indonesia yang cukup kokoh dan momentum ini masih tetap akan kita pertahankan seiring dengan pemulihan ekonomi ke depannya,” kata Febrio dalam siaran pers, Senin (22/11).
Perbaikan kinerja NPI pada triwulan ketiga didorong oleh kinerja transaksi berjalan yang mencatatkan surplus sebesar US$ 4,47 miliar serta surplus transaksi modal dan finansial sebesar US$ 6,1 miliar. Surplus transaksi berjalan didorong oleh peningkatan yang cukup signifikan dari neraca perdagangan barang khususnya kenaikan ekspor barang non-migas sedangkan neraca migas masih menunjukkan defisit.
Baca Juga: Kenaikan UMP 2022 rendah, daya beli masyarakat diprediksi tergerus
Ekspor barang non-migas tercatat tumbuh sebesar 14,7% (qtq) dan 50,7% (yoy). Di tengah penerapan PPKM pada triwulan ketiga 2021, ekspor tetap menunjukkan kinerja yang sangat positif.
Untuk ekspor kuartal III-2021 meningkat karena kinerja baik di produk bahan bakar/hasil pertambangan serta produk manufaktur yang tumbuh masing-masing sebesar 128% (yoy) dan 37,7% (yoy). Peningkatan ekspor ini didorong oleh kenaikan permintaan global terutama dari negara mitra utama dagang seperti China, India dan AS, serta peningkatan harga komoditas.
Untuk terus mendukung perbaikan kinerja ekspor, pemerintah akan berfokus pada kebijakan untuk memperbaiki efisiensi, meningkatkan daya saing ekonomi serta meningkatkan nilai tambah produk ekspor komoditas. Penguatan industri nasional juga akan terus ditingkatkan sehingga dapat mendukung program optimalisasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN).
Selain itu, impor barang juga menunjukkan perbaikan sejalan dengan pemulihan aktivitas ekonomi domestik dan ekspor yang semakin kuat yakni tumbuh 2,7% (qtq) dan 43,3% (yoy). Peningkatan impor barang didorong oleh adanya peningkatan impor barang konsumsi 55,4% (yoy) dan impor bahan baku 49,7% (yoy), serta impor barang modal yang tercatat 17,7% (yoy).
Baca Juga: LPS: Pertumbuhan monetary base 15,37% akan dukung ekspansi ekonomi nasional
Neraca pendapatan primer mengalami defisit sebesar US$ 8,33 miliar sedangkan neraca pendapatan sekunder tercatat surplus US$ 1,46 miliar. Kemudian, terjadi surplus pada transaksi modal dan finansial di triwulan ketiga yang mencapai US$ 6,1 miliar atau 2% dari PDB ditopang oleh perbaikan kinerja investasi lainnya serta surplus investasi langsung dan terjaganya investasi portofolio.
Terkendalinya penyebaran Covid-19 juga membuat kepercayaan investor masih tinggi sehingga menopang surplus aliran arus modal asing yang melalui investasi langsung hingga mencapai US$ 3,3 miliar. Untuk kinerja investasi portofolio masih mampu membukukan surplus sebesar US$ 1,1 miliar di tengah tekanan arus keluar investor asing di pasar obligasi pemerintah.
Membaiknya kinerja transaksi modal dan finansial juga tidak terlepas dari kinerja investasi lainnya yang mampu mengalami surplus sebesar US$ 1,5 miliar. Tingginya surplus dari sisi investasi lainnya dipengaruhi oleh penurunan pembayaran pinjaman luar negeri sektor swasta dan peningkatan penempatan simpanan nonresiden pada sistem perbankan dalam negeri.
Dari sisi sektor publik, tambahan alokasi Special Drawing Rights (SDR) yang diterima dari IMF turut menopang terjadinya surplus di investasi lainnya ini. Berdasarkan perkembangan dari NPI kuartal ketiga, cadangan devisa Indonesia pada akhir kuartal ketiga meningkat menjadi US$ 146,9 miliar atau setara pembiayaan 8,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.
Baca Juga: Simak saran pengamat agar roda perekonomian Indonesia kian menggeliat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News