kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak saran pengamat agar roda perekonomian Indonesia kian menggeliat


Senin, 22 November 2021 / 05:50 WIB
Simak saran pengamat agar roda perekonomian Indonesia kian menggeliat


Reporter: Bidara Pink | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia masih berjuang untuk bangkit dari dampak pandemi Covid-19. Seperti diketahui, pandemi Covid-19 sudah menimbulkan berbagai krisis, baik dari krisis kesehatan, sosial, maupun ekonomi.

Setelah sempat mengalami resesi pada tahun 2020, Indonesia akhirnya kembali mencatat pertumbuhan ekonomi yang dimulai pada kuartal II-2021. Kala itu, pertumbuhan ekonomi tercatat mencapai 7,07% secara tahunan (yoy).

Pertumbuhan ekonomi yang positif masih berlanjut pada kuartal III-2021. Di periode tersebut, ekonomi Indonesia naik 3,51% yoy. Meski melandai dari periode sebelumnya, hasil itu cukup baik mengiat di periode Juli-September 2021 terjadi lonjakan kasus harian Covid-19 yang membuat pemerintah melakukan pengetatan restriksi.

Otoritas fiskal, moneter, dan otoritas terkait lainnya pun bertekad untuk terus menggenjot perekonomian dengan berbagai cara. Mulai dari insentif fiskal, bauran kebijakan moneter, hingga berbagai bauran kebijakan.

Baca Juga: Ekonomi mengeliat, kucuran kredit modal kerja perbankan ikut terkerek

Senior Economist Dan Founder The Indonesia Economic Intelligence Sunarsip pun kemudian memberikan kisi-kisi agar asa tersebut bisa tercapai.

“Kalau mau mempercepat ekonomi, setidaknya ada 3 hal yang bisa dilakukan,” tutur Sunarsip dalam Pelatihan Wartawan BI, Sabtu (20/11).

Pertama, pemulihan permintaan domestik. Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih disokong oleh konsumsi rumah tangga.

Meski memang saat ini ekspor sedang gemilang, tetapi Sunarsip menilai kalau Indonesia bergantung pada ekspor, maka ini akan sangat rapuh. Apalagi, kalau masih mengandalkan komoditas yang fluktuasi harganya sangat tinggi.

Pulihnya konsumsi rumah tangga ini juga berkaitan dengan beberapa lapangan usaha yang bahkan memiliki efek multiplier besar, seperti real estat, industri pengolahan, sektor pariwisata, bahkan sektor pertanian.

Kedua, meningkatkan respon dunia usaha terhadap kebijakan dan stimulus yang sudah dikeluarkan oleh otoritas.

Sunarsip menilai, saat ini korporasi masih minim dalam memanfaatkan stimulus yang sudah diberikan oleh Bank Indonesia (BI) dan pemerintah. Namun, ia bisa maklum karena saat ini dunia usaha masih berjuang untuk pulih dari Covid-19.

Baca Juga: BI catat kebutuhan pembiayaan korporasi makin meningkat pada Oktober 2021

Ketiga, perbaikan belanja pemerintah terutama Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digadang mampu menjadi pijakan untuk meraih pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

Sunarsip menyayangkan realisasi PEN yang masih sangat rendah. Buktinya, realisasi PEN hingga 12 November 2021 baru mencapai Rp 483,91 triliun atau 64,97% dari pagu yang sebesar Rp 744,77 triliun.

Realisasi belanja negara hingga akhir Oktober 2021 pun baru tercatat Rp 2.750 triliun atau 74,9% dari target APBN 2021 dan defisit anggaran tercatat 3,29% PDB. Padahal, tahun 2021 hanya tinggal 2 bulan lagi.

“Ini sangat disayangkan, karena tahun ini sebenarnya ada ruang untuk defisit lebih dari 3% untuk pemulihan ekonomi. Kalau ini terjadi lagi, kita lihat saja kuartal III-2021 kemarin. Wajar saja kalau konsumsi pemerintah tumbuh rendah sekitar 1% saja,” tandasnya.

Selanjutnya: Efek samping vaksin Covovax, vaksin Covid-19 yang baru dapat izin darurat BPOM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×