kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BKF: Keseimbangan Eksternal Indonesia Tetap Kuat Menghadapi Berbagai Risiko


Selasa, 24 Mei 2022 / 21:05 WIB
BKF: Keseimbangan Eksternal Indonesia Tetap Kuat Menghadapi Berbagai Risiko


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga salah satunya ditopang oleh kinerja neraca transaksi berjalan yang konsisten baik.

Menurutnya hal ini merupakan kinerja yang sangat baik mengingat banyak sekali risiko yang dihadapi, seperti lonjakan harga minyak dunia yang didorong oleh eskalasi tensi geopolitik yang menekan neraca perdagangan migas.

“Jelas bahwa upaya reformasi struktural Indonesia berhasil menciptakan surplus neraca perdagangan nonmigas Indonesia yang konsisten tinggi bahkan terus meningkat sehingga berhasil menyerap risiko yang berasal dari kenaikan harga minyak,” jelas Febrio dalam keterangan resminya, Selasa (24/5).

Neraca transaksi berjalan kuartal I 2022 mencatat surplus sebesar US$ 0,2 miliar atau 0,1% dari PDB. Surplus ini sedikit menurun diakibatkan kenaikan harga minyak dunia yang menyebabkan defisit di sektor migas.

Baca Juga: Ekonomi RI Kuat, Menko Airlangga: Momen Emas untuk Berinvestasi di Indonesia

Sedangkan, neraca perdagangan nonmigas tetap kuat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun sedikit menurun karena faktor eksternal yaitu perlambatan ekspor ke negara mitra dagang utama Indonesia, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan non migas tercatat sebesar US$ 17 miliar (kuartal I 2021: USD9,9 miliar, kuartal IV: USD17,5 miliar). Sedangkan, Neraca Perdagangan Migas pada kuartal I 2022 mencatat defisit sebesar US$ 5,9 miliar (kuartal I 2021: USD2,3 miliar, kuartal IV 2021: USD5,0 miliar).

Febrio mengungkapkan, penurunan surplus neraca transaksi berjalan juga disebabkan oleh jasa keuangan dan jasa perjalanan, seiring dengan pemulihan ekonomi dan peningkatan perjalanan (dibukanya kembali penyelenggaraan ibadah umroh) dan wisata nasional ke luar negeri yang mempengaruhi neraca jasa.

“Kinerja neraca transaksi berjalan diharapkan terus positif dengan berbagai kebijakan reformasi struktural untuk mendorong kinerja ekspor nonmigas melalui penguatan infrastruktur, sumber daya manusia, hilirisasi, revitalisasi industri, dan ekonomi hijau. PMI Manufaktur Indonesia yang semakin ekspansif juga menjadi indikasi dini masih kuatnya kinerja ekspor ke depan,” lanjut Febrio.

Baca Juga: Menko Airlangga Bertemu Menteri Ekonomi Arab Saudi Bahas Kerja Sama Investasi

Kata Febrio, untuk memperbaiki kondisi defisit migas, Pemerintah juga terus berupaya membangun kapasitas industri hulu migas sehingga posisi neraca berjalan secara akan menguat.

Dari sisi neraca transaksi modal dan finansial (TMF), terjadi peningkatan aliran dana masuk neto investasi langsung ke sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor lainnya dibandingkan kuartal sebelumnya sebagai bentuk optimisme investor terhadap prospek pemulihan ekonomi domestik sebagai akibat penanganan pandemi yang efektif dan iklim investasi yang terus terjaga di Indonesia.

Kinerja positif ini membantu mempersempit defisit TMF menjadi US$ 1,7 miliar atau sebesar 0,5% dari PDB (defisit di kuartal IV 2021: US$ 2,2 miliar). “Kita terus mendorong reformasi untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif sehingga ada perbaikan pada Neraca TMF,” tutur Febrio.

Ketidakpastian pasar keuangan global akibat tensi geopolitik dan inflasi di Amerika Serikat yang memicu pengetatan kebijakan moneter (suku bunga global) telah berdampak pada terjadinya aliran keluar investasi portofolio.

Meskipun demikian, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat, khususnya terkait dampak positif harga komoditas global pada Indonesia dan prospek pemulihan ekonomi nasional, akan menjadi faktor penting menguatnya kepercayaan investor di pasar keuangan domestik.

Baca Juga: Ekonom UI Fithra Faisal Hastiadi: Inflasi Semakin Berpeluang Meledak

Pemerintah bersama otoritas terkait sektor keuangan yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) akan senantiasa menciptakan bauran kebijakan yang tepat untuk stabilitas perekonomian. Dengan berbagai langkah dan bauran kebijakan yang ditempuh pemerintah dan otoritas lainnya tersebut, Neraca TMF akan lebih baik ke depan.

Secara agregat, pada Triwulan I 2022, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) menunjukkan kinerja yang relatif baik, meskipun mencatatkan defisit sebesar US$1,8 miliar, di tengah ketidakpastian terkait dinamika global. Posisi cadangan devisa pada Maret 2022 tercatat sebesar US$ 139,1 miliar atau setara dengan kebutuhan pembiayaan impor dan utang luar negeri Pemerintah selama tujuh bulan.

“Cadangan devisa ini menjadi modal dalam menjaga ketahanan Indonesia terhadap berbagai potensi risiko eksternal ke depan,” tutup Febrio.

Mempertimbangkan outlook neraca transaksi berjalan dan TMF, performa NPI secara keseluruhan diharapkan ke depan diperkirakan masih baik dan dapat menopang ketahanan sektor eksternal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×