kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bisnis UMKM dengan platform digital mampu bertahan di tengah pandemi


Jumat, 13 Agustus 2021 / 21:31 WIB
Bisnis UMKM dengan platform digital mampu bertahan di tengah pandemi
ILUSTRASI. Webinar bertema Mendorong Transformasi Digital UMKM Melalui E-Commerce,' Jumat (13/8)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Tidak semua pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terkena dampak pandemi Covid-19. Mereka yang berbisnis dengan memanfaatkan teknologi digital justru tumbuh signifikan. 

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, yang selama ini terdampak pandemi ini adalah UMKM yang terkait kegiatan perkantoran, sekolah, industri. 

"Karena WFH (work from home), usaha mereka terhenti, kebanyakan di sektor makanan dan minuman. Ada UMKM yang masih bisa berjualan namun omzetnya turun. Di luar itu, yang tumbuh UMKM yang terhubung ke platform digital," ujar Teten dalam webinar bertema Mendorong Transformasi Digital UMKM Melalui E-Commerce, Jumat (13/8).

Hal ini sejalan dengan hasil survei Tempo Data Science (TDS) tentang praktik e-commerce di Indonesia periode Mei-Juli 2021. Menurut peneliti TDS, Ai Mulyani, untuk bisa bertahan dan berkembang, selama pandemi, sebagian besar (82%) UMKM berusaha mengoptimalkan aktivitas penjualan online melalui outlet mereka di platform e-commerce dan juga lapak di media sosial.

Baca Juga: Lewat KAMUS, Gojek targetkan 100.000 UMKM terlatih hingga akhir tahun

"Tidak ada hambatan berarti bagi para penjual dalam pemanfaatan platform pemasaran online. Minimnya barriers to entry memberikan keuntungan optimum bagi para UMKM untuk memanfaatkan infrastruktur yang telah tersedia," ucapnya.

Survei ini juga menemukan fenomena bahwa ternyata penjual cenderung multi user, yakni memanfaatkan lebih dari satu platform di saat bersamaan. “Mereka beralasan penggunaan lebih banyak sarana e-commerce akan memaksimalkan jangkauan kepada lebih banyak target konsumen,” kata Ai Mulyani.

Dukungan platform digital dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnis dirasakan langsung CEO dan Founder Sovlo Indonesia, Lidya Valensia. Bisnisnya di bidang sovenir dan barang promosi perusahaan dan pernikahan terhenti pada Maret 2020 karena banyak acara kantor dan pernikahan yang dibatalkan.

Setelah sempat kewalahan karena omzet turun drastis dan memikirkan nasib para pekerja yang kehilangan penghasilan, Lidya bergerak cepat memanfaatkan platform e-commerce untuk memasarkan sovenir yang diproduksi. 

“Kami mulai akhir Mei dan pertengahan Juni 2021 sudah go online. Sambutannya sangat baik,” ujar Lidya.

Baca Juga: Kinerja bank daerah masih tumbuh di paruh pertama 2021

Menurut Lidya, platform e-commerce sangat membantunya sebagai pelaku bisnis, “Saya memilih platform digital berdasarkan kemudahan yang ditawarkan. Kita tidak perlu bangun toko online, develop web, tidak perlu admin WhatsApp, di e-commerce sudah terhubung dengan baik. Saya pilih platform digital yang banyak memberi kemudahan dan banyak fasilitas yang ditawarkan,” ujarnya.

Pengamat ekonomi digital, Aviliani, menilai model bisnis UMKM memang harus berubah. Ia mendorong pemerintah membuat berbagai regulasi agar UMKM lebih bernilai tambah, lalu bisa naik kelas. Terkait digitalisasi, menurutnya masih kecil sekali, baru sekitar 13% UMKM yang terhubung platform digital. 

“Dan jujur saja yang masuk itu UMKM yang berdagang lebih banyak barangnya sama tinggal persaingan harga di antara mereka,” katanya.

Menurut Aviliani, diperlukan UMKM yang punya keunikan dan keunggulan yang produknya tidak sama dengan UMKM-UMKM yang lain.

E-Commerce pilihan pelaku UMKM

Survei TDS mengungkap platform digital Tokopedia dan Shopee adalah dua marketplace paling populer di kalangan UMKM yang memasarkan produknya secara online. Popularitas dua marketplace ini lebih menonjol, yakni sama-sama 99% dibanding kompetitornya. 

Baca Juga: Pentingnya Kesehatan Fisik, Mental dan Sosial di Masa Pandemi

Dari sisi kualitas top of mind (TOM), yakni merek yang ‘berada di ujung lidah’, terungkap bahwa Tokopedia menjadi pilihan utama yakni 35%, bersaing ketat dengan Shopee (34%), diikuti Bukalapak (13%), Lazada (7%), Blibli (7%) dan JD.ID (3%). 

Survei melalui penelitian kuantitatif menggunakan kuesioner terstruktur dalam format online ini juga menempatkan Tokopedia sebagai penghasil omzet penjualan terbesar bagi penjual, yakni dipilih 36% pelaku UMKM, diikuti Shopee (32%), Bukalapak (14%), Lazada (8%), Blibli (7%) dan JD.ID (3%). 

“E-commerce yang memberikan frekuensi transaksi tersering juga ditempati Tokopedia (35%), Shopee (33%), Bukalapak (13%), Lazada (9%), Blibli (7%) dan JD.ID (3%),” ujar Ai Mulyani. 

Selanjutnya: Survei CORE: 84% UMKM terbantu oleh OVO selama masa pandemi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×