Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah memperkirakan, puncak kasus Omicron di Indonesia bakal terjadi pada awal Februari nanti. Kasus varian sangat menular ini bisa jauh lebih tinggi dari Delta.
Berdasarkan pengamatan terhadap pengalaman negara lain, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan, kasus varian Omicron mencapai puncak kisaran waktu 40 hari sejak terdeteksi pertama kali.
"Untuk kasus Indonesia, kami perkirakan puncak gelombang karena Omicron akan terjadi pada awal Februari. Namun, kita tidak perlu panik, tetapi tetap waspada," kata Luhut dalam siaran pers, Rabu (12/1).
Sementara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperingatkan, kenaikan kasus transmisi varian Omicron bakal jauh lebih tinggi dari Delta.
"Tetapi, (pasien varian Omicron) yang dirawat lebih sedikit (dibanding Delta)," kata Budi, dikutip dari akun Facebook Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Selasa (11/1).
Baca Juga: Asosiasi Rumah Sakit Swasta Siap Bantu Hadapi Lonjakan Kasus Omicron
Sehingga, Budi mengungkapkan, strategi layanan dari Kemenkes dari yang sebelumnya ke rumahsakit (RS) sekarang fokusnya ke rumah.
Sebab, akan banyak yang terinfeksi varian Omicron tapi tidak perlu mendapat perawatan di rumahsakit.
99% Pasien varian Omicron alami gejala ringan dan tanpa gejala
Menurut Budi, mayoritas pasien terkonfirmasi varian Omicron di Indonesia saat memiliki gejala ringan dan tidak bergejala.
Karenanya, pasien terkonfirmasi varian yang sangat menular itu tidak membutuhkan perawatan yang serius di rumahsakit.
Pasien hanya perlu menjalani isolasi mandiri di rumah dengan mendapatkan suplemen vitamin maupun obat terapi tambahan yang telah diizinkan penggunaannya oleh pemerintah.
Baca Juga: Warga Jabar Terpapar Varian Omicron Bertambah Jadi 8, Semua Penularan Lokal