Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perwakilan dari Bank Sahabat Sampoerna Ong Tek Tjan mengatakan, setiap bank yang menjadi kreditur PT Bima Multifinance memang memiliki pandangan yang berbeda dari setiap opsi pembayaran utang yang ditawarkan oleh Bima Multifinance.
Namun menurutnya, kreditur perbankan Bima Multifinance berharap ada suntikan dana dari pemegang saham sebagai modal untuk Bima Mulfinance melakukan usaha.
Dengan begitu, kata Ong, tidak perlu menggunakan opsi convertible bond seperti yang ditawarkan dalam proposal perdamaian. "Menurut kami convertible bond seharusnya menjadi suatu pilihan yang terpaksa saja, jika sudah tidak ada pilihan," kata Ong, Kamis (22/6).
Apalagi convertible bond tidak bisa langsung diterbitkan saat homologasi. "Convertible bond perlu adanya proses terlebih dahulu," tambah dia.
Sehingga perlu ada pertemuan langsung dengan para pemegang saham untuk membahas lebih lanjut soal ini. Sekadar tahu saja, Ong juga menjadi salah satu perwakilan dari kreditur perbankan dalam menyusun proposal perdamaian.
"Memang kami dari para bank ada pembicaraan intens soal ini dan berdiskusi dengan debitur bagaimana jalan terbaiknya," jelasnya.
Untuk itu, kata dia, dari tiga opsi yang ditawarkan dalam proposal perdamaian masih perlu dikerucutkan lagi mana yang akan dipilih. "Nanti akan dipilih sesuai dengan hasil pemungutan suara dari para kreditur, kami berharap dalam waktu dekat ini sudah ada pengerucutan menjadi satu pilihan," katanya.
Dalam revisi proposal perdamaian Bima Multifinance masih menawarkan tiga opsi pembayaran. Ketiganya menggunakan skema convertible bond dengan masa pembayaran 10 tahun kepada kreditur bank dan pemegang obligasi.
Adapun convertible bond sendiri ditargetkan senilai Rp 380 miliar. Sementara kepada kreditur konkuren dengan nilai di bawah Rp 1 miliar akan diselesaikan selama satu tahu. Perusahaan pun juga masih meminta penghapusan bunga dan denda.
Jika dilihat masa pembayaran itu terhitung lebih lama dari proposal awal yang menawarkan tenor hanya enam tahun. "Memang dari tenor lebih lama tapi bunga yang kami tawarkan lebih besar dari sebelumnya hanya 6% menjadi 10%,' jelas kuasa hukum Bima Multifinance kepada KONTAN, Yosef Mado.
Bima Multifinance memiliki total utang sebesar Rp 999,49 miliar. Rinciannya, utang kepada kreditur separatis Rp 879, 94 miliar dan kepada kreditur konkuren Rp 119,55 miliar.
Kreditur separatis itu didominasi oleh bank. Bank dengan tagihan terbanyak pun ada Bank Kalsel Rp 122,97 miliar, Bank Victoria Rp 109,58 miliar, dan, Bank BRI Agroniaga Rp 66,69 miliar.
Kemudian juga para pemegang obligasi yang diwakili wali amanat dari Bank BTN dengan total tagihan Rp 216 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News