Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya berencana menambah instrumen surat berharga negara (SBN) ritel di semester kedua tahun ini, pemerintah tampaknya juga akan memperbesar pinjaman program dalam rangka pembiayaan defisit anggaran 2018. Ini dilakukan untuk menjaga pasar SBN dalam negeri.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal (Ditjen) Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (Kemkeu) Loto Srinaita Ginting mengatakan, pasar keuangan global saat ini relatif bergejolak dan diliputi ketidakpastian. Oleh karena itu, pinjaman program tersebut bisa ditarik untuk mengurangi penerbitan SBN yang terdampak risiko global.
Loto masih enggan menyebut berapa penambahan yang dimaksud. Namun, menurut Loto, besarannya akan meyesuaikan dengan besaran pengurangan SBN. "Karena memang ada fleksibilitas pembiayaan antara instrumen pembiayaan dan SBN. Tapi saat ini sedang dalam exercise. Jika sudah ditetapkan, nanti akan disampaikan kemudian," kata Loto kepada KONTAN, SeniN (23/7).
Dalam APBN 2018, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar Rp 325,94 triliun atau 2,19% dari produk domestik bruto (PDB). Defisit tersebut utamanya akan ditutup dari pembiayaan utang, yang terdiri dari penerbitan SBN neto yang ditargetkan sebesar Rp 414,52 triliun dan pinjaman -Rp 15,30 triliun.
Namun dalam prognosis pemerintah, defisit anggaran akhir tahun diperkirakan hanya akan mencapai Rp 314,23 trilun atau 2,12% dari PDB. Makanya, total pembiayaan akhir tahun juga diperkirakan lebih rendah dari yang ditargetkan dalam APBN, terutama pada pembiayaan utang menjadi sebesar Rp 387,36 triliun atau 97% dari target sebesar Rp 399,22 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News