kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.415.000   -13.000   -0,54%
  • USD/IDR 16.600   -6,00   -0,04%
  • IDX 8.089   173,32   2,19%
  • KOMPAS100 1.119   28,59   2,62%
  • LQ45 796   23,97   3,10%
  • ISSI 285   3,86   1,37%
  • IDX30 415   14,34   3,58%
  • IDXHIDIV20 470   17,22   3,80%
  • IDX80 124   2,97   2,46%
  • IDXV30 133   4,48   3,48%
  • IDXQ30 131   4,31   3,39%

Biaya Investasi Indonesia Dinilai Masih Lebih Mahal dari India atau Vietnam


Senin, 20 Oktober 2025 / 14:53 WIB
Diperbarui Senin, 20 Oktober 2025 / 14:54 WIB
Biaya Investasi Indonesia Dinilai Masih Lebih Mahal dari India atau Vietnam
ILUSTRASI. Pekerja mengawasi proses bongkar muat peti kemas di Dermaga C Pelabuhan PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) Branch Dumai, Riau, Kamis (16/10/2025). Biaya investasi atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di tanah air masih terbilang mahal. Pemerintah diminta berbenah.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Biaya investasi atau Incremental Capital Output Ratio (ICOR) di tanah air masih terbilang mahal. Pemerintah harus berbenah agar pertumbuhan ekonomi tak terjebak di level 5%.

Untuk diketahui, ICOR merupakan salah satu parameter yang dapat menunjukkan tingkat efisiensi investasi di suatu negara. Semakin kecil angka ICOR, biaya investasi yang harus dikeluarkan semakin efisien juga untuk menghasilkan output tertentu.

Tim Asistensi Menko Bidang Perekonomian sekaligus Ekonom Senior Raden Pardede mencatat, ICOR Indonesia saat ini mencapai 5,79, lebih tinggi dari India sebesar 4,56, dan Vietnam 3,58.

Baca Juga: Biaya Logistik Indonesia Tertinggi di ASEAN, Asosiasi Logistik Ungkap Penyebabnya

“ICOR itu adalah bagaimana kita menggunakan investasi lebih efisien, lebih efektif. Kalau mesinnya dia makin bagus, maka penggunaan dari bahan bakar itu menjadi lebih efisien.  Bagaimana seperti Vietnam itu lebih cepat dari kita. Itu yang kita harus perbaiki,” tutur Raden dalam Forum Diskusi Capaian Satu Tahun Kinerja Kabinet Merah Putih di Bidang Perekonomian, Senin (20/10/2025).

Sejalan dengan itu, Raden juga mencatat Compound Annual Growth Rate (CAGR) Indonesia lebih rendah bila dibandingkan kedua negara tersebut. Artinya, apabila CAGR semakin kecil kinerja investasi mengalami perlambatan pertumbuhan dari tahun ke tahun.

Gross National Income per Capita (GNIPC) atau Pendapatan Nasional Bruto per Kapita Indonesia- CAGR periode 2019-2024 mencapai 3,8%, lebih rendah dari India sebesar 5,3%, dan Vietnam 6,2%.

“Kita harus naik lagi, kalau bisa mengikuti Vietnam. Jadi masih ada tambahan 2% lagi,” ungkapnya.

Baca Juga: Inilah Penyebab Harga Mobil Di Indonesia Lebih Mahal Dari Malaysia & Thailand

Agar bisa menyaingi Vietnam, Raden menilai Indonesia perlu melakukan determinasi, komitmen politik, serta perencanaan yang berkesinambungan. Menurutnya, kemajuan harus terus didorong melalui perkembangan teknologi dan keterbukaan.

Ia mencontohkan Vietnam dan China sebagai negara komunis yang mampu bersikap terbuka. Inti dari pesannya adalah pentingnya memanfaatkan momentum, karena kesempatan semacam itu tidak selalu datang terus-menerus.

Baca Juga: Total Biaya Haji Indonesia Lebih Murah dari Malaysia, Simak Penjelasan Pengamat

“Jadi tiba saatnya momentumnya pas. Contohnya IEU CEPA (Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement), Kita harus benar-benar manfaatkan. Karena 2-3 tahun nggak akan ada lagi,” tandasnya.

Selanjutnya: PTBA Sediakan 800 Juta Ton Batubara untuk Hilirisasi, DME 5-6 Juta Ton Per Tahun

Menarik Dibaca: Saham-saham Bank Melejit Menopang IHSG, Ada Apa?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×