kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.179   1,00   0,01%
  • IDX 7.101   4,72   0,07%
  • KOMPAS100 1.061   -1,40   -0,13%
  • LQ45 834   -1,41   -0,17%
  • ISSI 214   -0,08   -0,04%
  • IDX30 426   -1,01   -0,24%
  • IDXHIDIV20 513   -0,61   -0,12%
  • IDX80 121   -0,28   -0,23%
  • IDXV30 125   -0,31   -0,24%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,22%

Biar rupiah stabil, BI minta BUMN tak borong dollar AS


Senin, 30 April 2018 / 06:01 WIB
Biar rupiah stabil, BI minta BUMN tak borong dollar AS
ILUSTRASI. Uang dollar AS


Reporter: Arsy Ani Sucianingsih | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tekanan terhadap rupiah tampaknya masih akan berlangsung hingga pertengahan tahun nanti. Bank Indonesia (BI) mengimbau badan usaha milik negara (BUMN) yang memiliki kebutuhan valuta asing agar tidak memborong dollar Amerika Serikat (AS) di pasar untuk saat ini. Jika BUMN masuk, beban rupiah semakin berat dan menguras cadangan devisa untuk operasi pasar.

Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI mencatat, kurs rupiah menguat tipis ke level 13.879 per dollar AS pada Jumat (29/4) dari sehari sebelumnya di Rp 13.930. Toh, nilai tukar mata uang garuda tetap mengkhawatirkan.

Apalagi, tekanan terhadap rupiah masih akan terjadi, seiring rencana kenaikan suku bunga bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed). Plus, kuartal kedua merupakan periode pembayaran dividen, sehingga menyedot dollar AS di pasar. Tekanan akan bertambah jika BUMN ikut-ikutan memborong dollar AS untuk persiapan pembayaran utang jatuh tempo yang biasanya pada September.

Gubernur BI Agus Martowardojo berharap, BUMN yang membutuhkan valuta asing lebih baik tidak serta merta masuk ke pasar terlebih dahulu. Terlebih, jika kebutuhan valuta asing untuk membayar utang yang jatuh tempo pada kuartal ketiga dan keempat mendatang.

"Jika utang jatuh tempo September atau November dan Desember, tidak perlu mengadakan valuta asingnya sekarang," pinta Agus akhir pakan lalu. Data Neraca Pembayaran Indonesia per Desember 2017 menunjukkan, total utang luar negeri swasta yang akan jatuh tempo kurang dari setahun ke depan mencapai US$ 46,06 miliar.

Agus meminta, perusahaan pelat merah yang membutuhkan valuta asing untuk keperluan di semester kedua nanti lebih baik mencarinya melalui cara forward. Ia juga mengimbau BUMN untuk melakukan lindung nilai atawa hedging. Dengan begitu, bisa meredam risiko nilai tukar rupiah yang cenderung melemah.

Bank sentral, Agus menambahkan, juga akan meningkatkan intensitas transaksi swap untuk mengurangi tekanan rupiah. Transaksi swap yang selama ini hanya berlangsung sekali dalam seminggu akan menjadi dua atau tiga kali per minggu. "Frekuensi ditingkatkan untuk menjaga likuiditas valuta asing," katanya.

Eric Sugandi, Project Consultant Asian Development Bank (ADB) Institute, menyebut, tekanan rupiah akibat banyak dana asing yang keluar dari pasar domestik. Sepanjang tahun ini, dana asing di pasar modal sudah menguap Rp 33,31 triliun. Di pasar obligasi pemerintah, dana asing menyisakan Rp 848,48 triliun per 26 April, tergerus Rp 861 triliun dari awal bulan.

Untuk itu, dana asing yang hengkang harus ditarik lagi ke pasar domestik, biar tekanan rupiah berkurang. "Salah satu caranya, suku bunga acuan BI harus segera naik. Kenaikan suku bunga acuan BI paling tidak akan mengurangi keluarnya dana asing dari pasar domestik," terang Eric.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×