Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) meramal pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2019 ini dapat mencapai 5,1%.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berdaya tahan meski sedikit melambat sejalan dengan melambatnya ekonomi global," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo saat konferensi pers Rapat Dewan Gubernur BI pada Kamis (21/11) di Jakarta.
Baca Juga: BI ramal inflasi pada tahun 2019 ada di kisaran 3,1%
Menurut Perry, yang masih menopang daya tahan pertumbuhan ekonomi nasional adalah konsumsi rumah tangga, terutama masih terjaganya konsumsi masyarakat pendapatan rendah yang dibantu dengan bantuan sosial (bansos).
Bansos ini sudah menyasar 14,6 juta keluarga atau mendekati 40 juta penduduk. Dengan inflasi yang terkendali, penyaluran bansos ini menopang pertumbuhan konsumsi bagi masyarakat berpendapatan rendah tersebut.
Selain masyarakat berpendapatan rendah, konsumsi rumah tangga juga ditopang dengan semakin besarnya jumlah masyarakat berpendapatan menengah. Bahkan, porsinya semakin besar, yaitu mencapai 61,5%.
Baca Juga: BI dan OJK kompak menurunkan proyeksi kredit 2019
"Semakin besarnya porsi middle income ini yang juga menopang daya konsumsi masyarakat. Apalagi konsumsi mereka cukup besar," tambah Perry.
Masih berhasilnya konsumsi rumah tangga dalam menopang pertumbuhan ekonomi juga tidak lepas dari tingkat inflasi yang rendah. BI mengapresiasi hal ini, karena berarti kerja sama antara BI, pemerintah, dan instansi terkait dalam menjaga inflasi bekerja dengan baik.
Selain konsumsi rumah tangga, pertumbuhan ekonomi ini juga ditopang oleh investasi bangunan. Investasi bangunan bertumbuh dengan baik sejalan dengan pembangunan infrastruktur strategis yang masih digalakkan oleh pemerintah.
Hanya saja, perbaikan ekspor terlihat masih belum kuat karena permintaan dan harga komoditas yang menurun. Hal ini juga mempengaruhi kinerja impor dan melemahkan investasi non-bangunan.
Baca Juga: BI optimistis masih ada ruang untuk kebijakan akomodatif lainnya
Namun, bila dilihat secara spasial, kinerja ekspor di beberapa daerah masih diperkirakan akan membaik, terutama di kuartal IV-2019. Contoh daerah yang mengalami perbaikan adalah Jawa dengan ekspor manufaktur dan otomotifnya, serta Sulawesi dengan ekspor besi dan bajanya.
"Hal ini sejalan dengan ekspansi kebijakan fiskal yang dilakukan oleh pemerintah," tandas Perry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News