Reporter: Bidara Pink | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) masih optimistis kalau defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) di keseluruhan tahun ini akan bergerak di bawah 1,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, ini juga seiring dengan torehan nilai CAD pada kuartal I-2020 yang sebesar 1,4% PDB dan pada kuartal II-2020 yang menyempit ke 1,2% PDB. Akan tetapi, Perry mengingatkan kalau rendahnya CAD ini bisa disebabkan oleh hal positif dan bahkan menimbang kondisi ekonomi.
Baca Juga: BI sudah menyuntik likuiditas ke perbankan senilai Rp 651,54 triliun
"Memang CAD yang rendah ini bisa dikatakan ada 3 faktor utamanya, ada yang positif, dan bahkan ada yang harus dilihat konteks kondisi ekonomi terkini," tutur Perry, Rabu (19/8) via video conference.
Perry pun menjabarkan pendorong positifnya. Pertama, perbaikan CAD dari nilai ekspor yang membaik. Ini didorong oleh peningkatan permintaan dari sejumlah negara, khususnya dari China seperti produk besi, baja, timah, dan lain-lain.
Kedua, ini seiring dengan permintaan impor yang lemah karena berkaitan dengan aktivitas ekonomi dan dunia usaha yang masih lemah akibat pandemi Covid-19. "Karena kan produksi, investasi, dan konsumsi lemah. Jadi impor rendah. Dengan impor yang rendah, tentu saja itu memengaruhi CAD yang rendah," tambah Perry.
Ketiga, CAD ini juga didorong oleh besarnya defisit sektor jasa, terutama dari ongkos angkut dan asuransi impor yang berkurang seiring dengan impor yang bergerak lebih rendah. Selain itu, ini juga didorong oleh pariwisata yang masih keok akibat pandemi.
Baca Juga: Perry Warjiyo: Inflasi tahun ini akan bergerak di batas bawah target sasaran BI
Pemasukan devisa memang turun seiring dengan berkurangnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia. Akan tetapi, pengeluaran devisa Indonesia juga turun akibat tidak ada ibadah gaji, umroh, dan masih terbatasnya perjalanan ke luar negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News