Reporter: Bidara Pink | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) menangkap risiko-risiko yang membayangi pada tahun 2022, baik datang dari dalam negeri maupun kondisi global.
“Kami melihat adanya permasalahan-permasalahan yang harus diantisipasi karena ada perubahan lanskap dalam kebijakan tapering dan juga ketidakpastian global,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Senin (29/11).
Perry kemudian memerinci risiko tersebut. Pertama, adanya tekanan dan kemungkinan peningkatan inflasi dalam negeri, khususnya di paruh kedua tahun depan.
Hal ini kemungkinan terjadi bila harga energi terus melambung ke depannya, plus adanya kenaikan permintaan masyarakat secara menyeluruh yang lebih cepat dari perkiraan semula seiring dengan perbaikan ekonomi.
Baca Juga: Sudah disepakati DPR, begini rincian anggaran operasional BI tahun depan
Kedua, risiko terhadap pergerakan nilai tukar rupiah karena adanya risiko tapering off dari bank sentral dunia khususnya bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed).
Meski begitu, BI mengaku akan terus siaga dan mengeluarkan kebijakannya untuk mengarahkan asumsi makroekonomi tetap sejalan dengan yang sudah ditetapkan.
Dalam hal ini, menjaga pertumbuhan ekonomi tahun depan tetap berada di kisaran 5,2% yoy, inflasi di kisaran 3% yoy, serta rata-rata nilai tukar rupiah di sepanjang tahun depan di kisaran Rp 14.350 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News