kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

BI untung besar dari intervensi rupiah


Rabu, 11 Mei 2016 / 11:06 WIB
BI untung besar dari intervensi rupiah


Reporter: Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Di tengah membengkaknya defisit anggaran pemerintah, Bank Indonesia (BI) justru mendulang untung gede. Laporan keuangan tahunan BI tahun 2015 (unaudited) menyebutkan, net surplus BI setelah pajak selama 2015 mencapai Rp 58,98 triliun. Sedangkan surplus sebelum pajak Rp 79,22 triliun.

Nilai net surplus itu melonjak lebih dari 40% dibandingkan tahun 2014 yang sebesar Rp 41,23 triliun. Surplus ini didapat dari pos penghasilan sebesar Rp 117,99 triliun, naik 26,73% dari tahun 2014.

Sedangkan pengeluaran naik tipis 2,2% dari tahun sebelumnya menjadi Rp 38,77 triliun. Kontribusi penghasilan terbesar berasal dari selisih kurs transaksi valuta asing dan pendapatan bunga, masing-masing naik 49,88% dan 10,06% dibandingkan 2014.

Sedangkan beban bunga terkait kebijakan moneter turun 5,87%. Walau turun, beban bunga kebijakan moneter tetap menjadi pengeluaran terbesar BI.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan, kinerja BI sebagai otoritas moneter dilihat dari nilai tukar rupiah yang stabil, pengendalian inflasi, dan angka-angka makro. "Tidak bisa dari laporan keuangannya, karena laporan keuangan BI bukan laporan keuangan korporasi atau perbankan," katanya, kepada KONTAN, Selasa (10/5).

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menjelaskan, surplus BI diperoleh dari operasi moneter. Jika nilai tukar rupiah melemah melebihi fundamental, BI akan melakukan intervensi dengan menambah suplai valuta asing di pasar.

"Kurs melemah, artinya lebih tinggi dari waktu BI beli valas. Jadi BI surplus dari penjualan valas," katanya.

Saat BI jual valas ke pasar, BI akan mendapat rupiah dan mengurangi likuiditas di pasar. Setelah itu, BI harus menetralisir dengan mengembalikan likuiditas, antara lain membeli SUN dari pasar. "Jadi BI memperoleh pendapatan sehingga anggaran BI bisa surplus," katanya.

Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistyaningsih mengatakan, selain selisih kurs saat rupiah melemah terhadap dollar AS, surplus BI juga bisa berasal dari operasi pencetakan uang.

"Ada gap antara biaya operasional pencetakan, dengan nominal yang dikeluarkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×