kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

BI sudah intervensi Rp 11,9 triliun di pasar sekunder SBN sejak Kamis pekan lalu


Rabu, 05 September 2018 / 15:23 WIB
BI sudah intervensi Rp 11,9 triliun di pasar sekunder SBN sejak Kamis pekan lalu
ILUSTRASI. Uang rupiah


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa hari ini, nilai tukar rupiah merosot akibat tekanan di pasar global maupun domestik. Mengutip Reuters hari ini, Rabu (5/9) pukul 15.13, nilai tukar rupiah tercatat Rp 14.979 per dollar AS.

Untuk mencegah nilai tukar rupiah merosot lebih dalam, Bank Indonesia (BI) terus berada di pasar untuk menaikkan volume intervensi baik di pasar valas maupun di pasar SBN.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, sejak Kamis (30/8), BI telah masuk ke pasar sekunder. “Kamis dan Jumat pekan lalu maupun Senin dan Selasa kemarin, kami beli SBN. Jumat kami beli SBN Rp 4,1 triliun yang dijual asing. Kamis kami beli Rp 3 triliun. Senin kami beli Rp 3 triliun. Kemarin (Selasa), kami beli 1,8 triliun,” kata Perry di Gedung DPR RI, Rabu (5/9)

Dengan demikian, bila dihitung, BI sudah mengeluarkan Rp 11,9 triliun untuk intervensi SBN di pasar sekunder.

Selain itu, Perry mengatakan, dengan fokus jangka pendek bank sentral yang lebih kepada stabilisasi khususnya rupiah, BI juga telah menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,5% sejak awal tahun ini. Hal ini juga merupakan upaya stabilkan nilai tukar.

“Ini agar imbal hasil aset-aset keuangan khususnya SBN tetapi menarik,” ucapnya.

Dengan menaikkan suku bunga acuan, kata Perry, masih terjadi masuknya aliran modal asing pada Juli-Agustus lalu.

Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, tak hanya di global, di domestik pelemahan rupiah disebabkan oleh pembelian valas oleh korporasi untuk impor yang masih besar.

Namun, tekanan terhadap rupiah ini utamanya dipicu oleh revisi data PDB AS triwulan II, dari 4,1% menjadi 4,2%, langkah PBOC memperlemah mata uang Yuan di tengah negoisasi sengketa dagang AS dan China yang belum tercapai, serta melemahnya mata uang Argentina Peso dan Lira Turki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×